Penyebab dan Kunci Agar Anak Tidak Jadi Generasi Home Service, Manja - Ayah Bunda

Sekarang ada istilah angkatan home servis. Apakah arti, apa pemicunya dan bagaimana supaya anak terbebas darinya?

"Ma, sepatuku mana?" Milena berteriak. Nyaris tiap pagi dia semacam itu. "Kaos kakinya tidak ada Ma. Cepatan cariin!"

"Ih, ini kusut. Tentu belum disetrika ya," ucapnya menggerutu. "Ini rok abu-abuku mulai lusuh Ma. Kelak siang beliin ya. Masalahnya esok kupakai."

Tidak cuma Milena yang berlaku semacam itu. Banyak anak SMA yang lain yang dirasakan oleh orang-tua karena alami tanda-tanda sama. Telah besar, tetapi belum berdikari. Telah mengenakan seragam putih abu-abu, tetapi tetap meminta semua dilayani. Tidak dapat kerjakan sendiri.

Angkatan "Home Servis", begitu istilah buat mereka. Angkatan home servis ialah angkatan yang selalu meminta dilayani. Dalam istilah Al Quran, mereka terhitung dzurriyatan dhi'afa (angkatan kurang kuat). Kurang kuat dalam kemandirian, kurang kuat dalam hadapi rintangan kehidupan.

Penyebab dan  Kunci Agar Anak Tidak Jadi Generasi Home Service, Manja - Ayah Bunda

Berikut 8 Pemicu Anak Jadi Angkatan Home Servis

Kenpa anak jadi angkatan home servis? Minimal ada delapan karena pada umumnya, seperti berikut:

1. Semenjak kecil dilayani (pembantu)

Semenjak kecil dilayani, apa lagi oleh pembantu, dapat membuat anak terpola selalu untuk meminta dilayani.

2. Kemanapun dituruti babbysitter

Di jaman saat ini, terkadang ada anak-anak yang kemanapun dituruti babbysitter. Saat ada suatu hal, dengan cekatan babbysitter lakukan laganya. Seringkali saya menyaksikan di plaza dan mall.

Semestinya, anak mulai bisa bermain sendiri bersama rekan. Terkadang berbeda, terkadang ada yang menangis, tidak jadi masalah. Itu latih kemandirian dan emosi mereka. Orang-tua tak perlu turun tangan yang malah dapat menghalangi kemandirian anak dan membuat anak bergantung. Bahkan juga dapat muncul pertikaian antara tetangga bila orang-tua turun tangan.

3. Kepentingan selalu disanggupi tanpa dilatih usaha sendiri

Bila kepentingan anak selalu disanggupi tanpa dilatih usaha sendiri, anak dapat tumbuh jadi angkatan home servis. Anak ingin mainan, diambilkan. Anak cari kaos kaki, dicarikan. Anak habis makan, orang-tua yang membereskan.

4. Kelamaan gunakan popok bayi dan disuapi

Biasanya, untuk orang-tua yang ingin ringkas dan tidak ingin ribet, mereka pilih anak-anaknya gunakan popok bayi saja.

"Dibanding kelak ngompol, ribet bersihkan lantai dan cucian menimbun," begitu pemikirannya.

Juga karena tidak ingin anaknya lapar, anak disuapi. Bila terikut sampai besar, ini akan beresiko. Apa lagi anak meminta disuapi sekalian mainan handphone. Kenyataannya, ada anak umur SD masih disuapi jika makan.

5. Terlatih dicarikan tanpa usaha cari sendiri

Umur 3 tahun: "Ma, mana mainanku yang tempo hari?

Umur SD: "Ma, ambilkan tasku"

Umur SMP: "Ma, mana buku pelajaranku?"

Jika selalu dicarikan tanpa dia usaha cari sendiri, sampai dewasa akan terlatih demikian. Jadi angkatan home servis.

6. Terlatih ditolong

Gunakan pakaian ditolong, gunakan sepatu ditolong, menguncikan pakaian ditolong. Terus demikian. Pada akhirnya dia selalu memerlukan kontribusi dan susah berdikari.

7. Kebanyakan main handphone yang serba instant

Dengan google, anak dapat cari apa saja dengan cepat. Di playstore, anak dapat memperoleh program apa saja yang diinginnya secara instant. Apa lagi bila dia selalu main games, otaknya dapat terpola untuk berharap suatu hal secara instant tanpa proses yang seharusnya.

8. Kemauan selalu disanggupi orang-tua

Saya kerap merasakan anak-anak SD bahkan juga TK telah mempunyai handphone sendiri. Ini salah satunya tanda-tanda kemauan anak yang selalu disanggupi orang-tua dan itu beresiko. Dealer sah iPhone dan iPad cuma ingin jual handphone itu pada umur minimum 17 tahun.

Berikut 8 Kunci Supaya Anak Tidak Jadi Angkatan Home Servis

Ada delapan kunci supaya anak tidak jadi angkatan home servis. Yok kita ulas dan kita amalkan.

1. Latih anak berdikari sejak awal kali

Latih anak toilet pelatihan, mandi sendiri, gunakan pakaian sendiri dan gunakan sepatu sendiri akan membuat anak lebih berdikari. Toilet pelatihan dapat dilaksanakan pada umur 2-3 tahun, 

2. Latih anak bertanggungjawab

Sejak awal kali, berikan rasa tanggung-jawab ke anak. Di umur 2-3 tahun, anak-anak perlu dilatih membenahi mainan dan membereskan bukunya.

Di umur empat tahun mulai dibiasakan membenahi tempat tidur, menempatkan piring kotor di tempatnya, dan buang sampah. Saat dia masuk sekolah, mulai sejak ini harus dilatih untuk membereskan tasnya dan menyiapkan perlengkapan sekolah. 

Saat SD, sedapat mungkin tiap ada pekerjaan anak usaha menuntaskan sendiri. Terkecuali hal yang memang sungguh memerlukan kontribusi dan tuntunan orang-tua.

3. Lakukan anak tumbuh dengan rintangan

Lakukan anak-anak tumbuh dengan rintangan. Bukan mengikuti semua kemauannya. Misalkan anak ingin mainan. Mengajak dia menabung lebih dulu.

Carol Dweck, Psikiater dari Stanford University, menjelaskan, "Hadiah paling penting dan paling indah dari orang-tua pada anak-anaknya ialah rintangan."

4. Ikutsertakan ayah mengurusi tugas rumah

Seperti spons yang mempernyerap banyak air secara cepat, demikianlah kurang lebih deskripsi otak anak. Apa yang sudah dilakukan ayah dan ibu akan selekasnya dia ikuti.

Saat anak menyaksikan semua bagian keluarga turut serta dalam mengurusi tugas rumah, karena itu dia juga mempernyerap nilai tanggungjawab dan terlatih melakukan. Janganlah sampai anak mempunyai pengetahuan salah jika semua tugas rumah ialah tanggung-jawab ibu atau pembantu.

Dan walau mempunyai pembantu, harus ada tugas tertentu yang ditangani oleh ayah. Misalkan menyirami tanaman dan membersihkan mobil. Janganlah sampai anak terlatih tidak kerjakan apa saja dan pada akhirnya saat dewasa tidak dapat lakukan apa saja.

Rasulullah memberikan contoh, walau beliau ialah kepala negara dan manusia termulia, beliau menjahit sendiri pakaiannya yang sobek dan membenahi sendiri sandalnya.

5. Latih keterdisiplinan

Latih keterdisiplinan anak sejak awal kali. Diawali dari beberapa hal simpel, berkaitan waktu dan tempat, misalkan. Jam berapakah waktunya main, jam berapakah harus pulang. Tas ditempatkan di mana, sepatu ditempatkan di mana, dan lain-lain.

Salah satunya kunci memberikan keterdisiplinan dengan membangun shalat pada awal waktu. Rasulullah bersabda, "Perintahkan anak-anakmu untuk kerjakan shalat saat mereka berusia tujuh tahun. Jam mereka bila tidak melakukannya saat mereka berusia sepuluh tahun" (HR. Abu Daud)

6. Jadilah panutan dengan ketaqwaan

Saat Allah Subhanahu wa Ta'ala mengingati mengenai angkatan yang kurang kuat dalam Al Quran, Ia memberi jalan keluarnya. Pertama, supaya orang-tua bertaqwa. Dengan taqwa itu orang-tua jadi panutan untuk anak-anaknya.

"Dan sebaiknya takut ke Allah beberapa orang yang andaikan tinggalkan ada di belakang mereka anak-anak yang kurang kuat, yang mereka cemas pada mereka. Oleh karenanya sebaiknya mereka bertakwa ke Allah dan sebaiknya mereka ucapkan pengucapan yang betul" (QS. An Nisa: 9)

Orang yang bertaqwa, ia tidak menanggapi suatu hal terkecuali dengan 2 hal yaitu sabar dan sukur.

7. Berikan Kejujuran

Jalan keluar ke-2 , masih juga dalam ayat yang serupa, sebaiknya orang-tua cuma bicara ke anak dengan pengucapan yang betul (qaulun syadiid). Memberikan kejujuran ke anak-anak sejak awal kali sampai selama-lamanya.

Qulun syadid ini pernah kita ulas pada Kulwap beberapa lalu. Kata Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsiran Al Munir, qaulan sadida ialah pengucapan yang betul dan lempeng. Isinya betul, langkah sampaikannya betul.

Saat anak jatuh, tidak boleh ucapkan: "Mejanya salah ya Nak, buat kamu jatuh." Itu tidak betul, anak pada akhirnya tumbuh jadi individu yang menyukai mempersalahkan, tidak bertanggungjawab. Pada akhirnya jadi angkatan home servis.

Atau, "Tidak boleh menangis, getho saja kok. Tidak sakit kok." Pada akhirnya anak tumbuh jadi individu yang meremehkan hatinya. Atau anak ditinggalkan pergi dengan ditilap, pada akhirnya anak belajar, "O, bisa menipu ya."

8. Doakan anak

Kunci yang paling penting supaya anak terbebas dari angkatan home servis ialah doa. Kenapa? Karena pada hakekatnya, hati anak itu dalam pegangan Tuhan. Tuhan yang Kuasai dan dapat membolak-balikkan hati manusia.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url