Bullying Chapter 4

Cerpen Bulying Chapter 4

“ma,pa guru Hilda tadi sengaja memarahi Hilda, mereka memberikan pertanyaan kepada Hilda, pertanyaan yang tidak pernah mereka ajarkan, mereka menyuruh Hilda untuk menjawab pertanyaan mereka, tentu saja Hilda tidak bisa karena Hilda tidak pernah belajar materi itu, lalu Hilda pun di hukum oleh mereka” Jelas Hilda kepada kedua orang tuanya, saat itu kedua orang tua Hilda merasa miris terhadap apa yang Hilda rasakan, mereka tidak habis pikir kenapa di dunia ini ada guru seperti mereka, 

“kamu sudah bicarakan dengan baik baik belum nak ke mereka, kamu sampaikan alasan kenapa kamu tidak bisa menjawab pertanyaan yang mereka berikan” tutur Ayah Hilda kepada Hilda, 

“sudah pa, tapi yang ada guru Hilda malah marah kepada Hilda, mereka bilang Hilda bodoh dan malas belajar” ucap Hilda kepada kedua orang tuanya, 

“apakah besok papa boleh kesana? Untuk bicara baik-baik kepada guru Hilda?” tanya papa Hilda kepada Hilda,

“boleh pa, tapi jangan bikin onar, Hilda takut jika guru Hilda makin membenci Hilda” ucap Hilda memperingati papanya, karena ia tahu bahwa papanya adalah orang yang bar-bar,

“oke nak, papa akan bicara pelan-pelan kepada gurumu” ujar papa Hilda membuat Hilda merasa lega.

Ke esokan harinya, papa Hilda memang benar-benar datang ke sekolah, nampaknya ia tidak main-main dengan perkataannya, dengan penuh wibawa papa Hilda masuk ke sekolah Hilda, membuat teman-teman Hilda saling bertanya, apa yang terjadi, apakah ada yang membully Hilda selain mereka? Kenapa papa Hilda bisa datang ke sekolah”

para murid sudah sangat kenal dengan keluarga Hilda, semenjak kejadian kasus pembullyan itu, wajah orang tua Hilda tidak asing lagi bagi mereka. 

Papa Hilda memasuki ruangan guru dengan penuh wibawa, ia mulai mencari sosok guru yang di duga sudah membully Hilda. 

“selamat siang bu, bolehkah kita bicara sebentar di luar? Ada hal yang penting yang ingin saya diskusikan kepada ibu” ucap papa Hilda dengan nada yang penuh dengan wibawa,

“tentu saja pak” ucap guru Hilda dengan wajah takut tapi berusaha untuk menenangkan dirinya. 

“jadi gini bu, sebagai orang tuanya Hilda, saya sering sekali mendapatkan laporan dari Hilda, bahwa ibu sering semena-mena dengan dia, kira-kira ada masalah apa ya bu, kenapa anak saya menjadi di spesialkan di bandingkan murid yang lain?” tanya papa Hilda yang mulai mengintrogasi guru Hilda, 

“maaf pak, sepertinya bapak sudah salah paham dengan saya, saya benar-benar tidak pernah melakukan apa apa kepada Hilda, barangkali semenjak kena Bully, Hilda mentalnya menjadi keganggu dan menggap semua orang membully nya” ucap guru Hilda yang mencoba untuk membela dirinya, dan dia berharap bahwa papa Hilda bisa mempercayai pernyataannya tersebut, 

“maaf bu, jika itu memang benar, kenapa Hilda hanya menceritakan bahwa ibu yang sering melakukan tindakan yang spesial kepada dirinya, kenapa Hilda tidak pernah menceritakan tentang guru lain yang bertingkah sama dengan ibu, saya tidak akan memarahi ibu disini, saya hanya ingin bertanya kesalahannya saja, barangkali kami para orang tua sudah lalai dalam menjaga anak kamu” ucap papa Hilda yang berusaha untuk memancing guru Hilda agar mau menceritakan kasus yang sebenar-benarnya terjadi, 

“tidak pak, tidak ada apa-apa, barangkali ini hanya kesalahpahaman saja” ucap Guru Hilda, 

“salah paham gimana ya bu? Ibu jangan pernah mencoba membohongi saya, kalau saya hanya lulusan SD, SMP saya bisa mempercayai ibu, tapi ini saya lulusa Psikologi loh bu, saya jelas bisa dengan mudah mengetahui mana yang berbicara dengan jujur dan mana yang mencoba berbohong kepada saya” ucap papa Hilda yang sengaja menyindir guru Hilda, 

“maaf pak, saya tidak punya waktu untuk berdebat dengan bapak, saya harus mengajar, terima kasih” ucap guru Hilda meninggalkan papa Hilda yang belum selesai berbicara.

Tentu saja tindakan guru Hilda membuat papa Hilda merasakan geram, namun ia harus bisa mengontrol emosinya, walau bagaimanapun ia harus bisa menghargai guru yang sudah mendidik anaknya itu. 

sewaktu papa Hilda akan pulang kerumah, begitu kagetnya ia melihat jika guru yang baru saja ia hampiri itu memarahi dan memaki-maki Hilda, melihat hal itu tentu saja papa Hilda merasa geram dengan sikap guru tersebut, akhirnya papa Hilda memilih untuk merekam apa yang ada di depan matanya itu, ia bukan tidak ingin menolong anaknya tapi ia lebih memilih untuk mencari bukti agar bisa memberikan hukuman yang stimpal kepada orang yang sudah berani menganggu anaknya itu. 

setelah mendapatkan bukti papa Hilda pun pergi meninggalkan sekolah Hilda, papa Hilda kini mengendarai mobil dengan sangat ngebut, nampak ia sedang terburu-buru menuju sebuah tempat yang sangat penting. 

Daamm, kini papa Hilda sudah berada di kantor dinas pendidikan, yang mana tujuan dia datang kesana adalah untuk melaporkan tindakan yang tidak menyenangkan dari guru Hilda. 

Sesampainya disana papa Hilda langsung berbincang dengan orang orang kedinasan di sana, papa Hilda tidak datang dengan tangan kosong melainkan ia sudah menyediakan bukti yang akan memperkuat laporannya, setelah melihat bukti yang di miliki papa Hilda, betapa terkejutnya mereka, mereka tidak menyangka jika ada seorang guru yang melakukan tindakan tercela seperti itu. akhirnya mereka mengatasnamakan sekolah, mereka meminta maaf karena telah membiarkan guru guru seperti itu berkeliaran di sekolah, para dinas berjanji bahwa ia akan memproses guru tersebut dan memberikan hukuman yang setimpal dan sebanding dengan perbuatannya itu, bahkan guru tersebut bisa di jerat sesuai dengan undang-undang yang berlaku di Indonesia, mendengarkan hal itu papa hilda merasa puas, bahwa perjuangannya tidak sia sia. Setelah semua obrolan selesai, papa Hilda pun pamit untuk pergi karena ia masih memiliki pekerjaan lainnya yang harus ia selesaikan.

Papa Hilda pun pergi ke kantor dan bekerja seperti biasanya, dengan jabatan sebagai pemilik perusahaan tentu saja tidak ada yang berani menegur dan bertanya tentang keterlambatan papa Hilda datang ke kantor, setelah selesai bekerja, papa Hilda pun kembali kerumah dan ia menceritakan semua hal yang sudah dia lakukan hari ini, terkait masalah guru Hilda. 

Hilda yang mendengarkan tindakan papanya itu tidak bisa berkata apa-apa lagi, di sisi lain ia memang sangat membenci tindakan guru tersebut, namun di sisi lain ia juga merasa kasihan jika guru tersebut harus di pecat atau bahkan di hukum, namun ia percaya bahwa sejauh ini keputusan yang di ambil papanya adalah keputusan yang terbaik, semua demi kebaikan ia dan orang banyak, jika guru seperti guru Hilda tidak pernah di laporkan maka akan ada banyak guru yang bersikap semena-mena karena mereka merasa bahwa mereka berkuasa di sekolah dan tidak ada yang berani melaporkan mereka.

Ke esokan harinya, seluruh isi sekolah heboh dengan kedatangan dinas pendidikan yang mendadak datang ke tempat mereka, sementara Hilda ia sudah tahu apa yang sudah terjadi dan ia tidak merasa heran lagi. Akhirnya guru yang selama ini selalu membully Hilda pun di tangkap polisi dan secara resmi di pecat menjadi seorang guru. 

Melihat hal itu pun sontak semua orang merasa kaget, mereka tidak menyangka jika kedua orang tua Hilda berani mengambil tindakan sejauh ini, semenjak hari itu, tidak ada lagi orang yang beran menghina Hilda, bukan hanya itu semua orang pun yang pernah membully Hilda satu per satu mereka meminta maaf kepada Hilda dan mereka berjanji bahwa mereka tidak akan membully Hilda lagi, sedangkan Hilda dengan wajah ramahnya ia dengan suka rela dan senang hati memaafkan teman-temannya.

Kini, hidup Hilda menjadi lebih baik, ia bisa menjadi anak-anak pada umumnya, Hilda juga mulai bisa berbaur dengan teman-temannya dan Hilda pun tumbuh menjadi anak yang pintar dan rajin, melihat hal itu tentu saja kedua orang tua Hilda merasa bangga atas hal yang sudah di capai anaknya itu, mereka pun semakin menyayangi putri mereka.

Pada akhirnya, semua bentuk kesedihan di dunia ini akan berakhir, entah dengan cara apapun itu, seperti hal yang sudah di alami Hilda. Dulu Hilda berpikir bahwa untuk hidup bahagia rasanya sangat mustahil, karena ia selalu terpenjara dengan rasa ketakutan dan dengan sikap tertutupnya. Tuhan punya rencana, beberapa hal yang terjadi memang di luar dugaan Hilda, ia tidak marah karena semua tidak berjalan sesuai dengan ekspetasinya melainkan ia selalu bersyukur dan ia selalu menerima apa yang tuhan berikan.. hilda percaya bahwa tak ada yang lebih berat di dunia ini daripada kehilangan kedua orang tuanya. Bagi Hilda orang tua adalah aspek utama dalam tumbuh kembang anaknya, tapi jika terlahir di keluarga broken home hal itu juga bukan menjadi sebuah alasan untuk anak-anak melakukan hal-hal yang menyimpang. Hidup adalah sebuah pilihan, pilihan untuk terus berbuat baik, atau pilihan untuk menyerah dalam berbuat baik. Tak ada yang salah dari sebuah pilihan, sebab tentu saja seorang manusia akan memilih pilihan terakhir yang bisa ia lakukan, tak ada manusia yang mau dan senang berbuat jahat, mereka bisa bertingkah seperti itu memang ada faktor-faktor yang membuat mereka seperti itu.

Kini seiring berjalannya waktu, Hilda pun sudah lulus SD, selain itu pada waktu ujian nasional kemarin Hilda mendapatkan nilai tertinggi, tentu saja hal itu membuat orang tua Hilda bangga kepada anaknya itu, selain itu sekolah juga mengapresiasi prestasi Hilda tersebut, dan kini Hilda sedang mempersiapkan dirinya untuk bersekolah di tahap selanjutnya yaitu SMP, Hilda sudah berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia harus semangat belajar dan ia harus bisa membuat orang tuanya selalu bangga kepada dirinya, sebab dia adalah satu satunya harapan orang tuanya, dan tentu karena ia menyayangi orang tuanya maka ia siap untuk berbakti dengan orang tuanya dengan cara belajar dengan giat.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url