Tragedi di Bar dan Cinta Abadi Chapter 3

Tragedi di Bar dan Cinta Abadi Chapter 3

Tragedi di Bar dan Cinta Abadi Chapter 3

“duhhhh Daffa kemana si, kok lama banget jemput aku sih, hufftt” Adelia nampak menggerutu di bandara, sebab sudah satu jam ia menunggu Daffa namun Daffa tak kunjung datang, sedangkan Daffa dan Sinta sedang berperang di jalanan yang penuh dengan kemacetan, Daffa mulai panik sedangkan Sinta hanya pasrah saja melihat Daffa yang mengendarai mobil dengan ugal-ugalan, sebenarnya Sinta merasakan sedikit takut, tapi ketika Sinta melihat wajah Daffa yang panik Sinta jadi memahami Daffa bahwa, “Daff hati-hati yaa, konsen dan tenang” ucap Sinta dengan nada ketakutan, 

“iya sin pasti kok, maaf yaa jika caraku nyetir membuat kamu takut” tutur Daffa kepada Sinta, 

“iya faa gapapa aku paham kok” ucap Sinta kepada Daffa. 

45 menit berlalu, akhirnya Sinta dan Daffa sudah sampai di bandara dengan keadaan selamat, nampak mata Daffa sedang mencari keberadaan seseorang yang tak lain adalah Adelia, Adelia yang sedang duduk pun melihat kedatangan Daffa, ia langsung menghampiri Daffa. 

“kamu dari mana kok lama banget si kesini” tanya Adelia kepada Daffa sembari memeluk Daffa, kedatangan Sinta bersama Daffa menjadi pertanyaan besar kepada Adelia, 

“oh iya, kenalin ini Sinta temen ku, sahabat aku dari kecil yang baru ketemu di Bali” ucap Daffa memperkenalkan Sinta kepada Adelia, 

“hai kenalin aku Sinta” ucap Sinta ramah kepada Adelia sembari mengulurkan tangannya, 

“eeh, aku Adelia” ucap Adelia yang bersalaman dengan Sinta, “pacarmu cantik Fa” puji Sinta kepada Daffa dan Daffa pun hanya tersenyum tipis, Sedangkan Adelia mengucapkan terimakasih, sebenarnya Adelia merasakan cemburu dengan Sinta karena selama ini Daffa terkenal dingin kepada semua wanita yang mencoba mendekatinya, namun dengan Sinta, Daffa nampak sangat akrab namun mau tidak mau Adelia harus menutupi rasa cemburunya dan berpura-pura baik-baik saja demi menjalankan semua rencana yang sudah ia susun untuk menjebak Daffa agar Daffa mau menikahinya.

***

“pantes aja Daffa mempertahankan ceweknya, Ceweknya cantik kayak model” ucap Sinta di dalam hatinya melihat Adelia, “kenapa ya orang yang cantik pasti selalu beruntung” ucap Sinta di dalam hatinya, Sinta sibuk berdiskusi dengan dirinya sendiri di dalam hatinya, ada banyak tanya yang menghantui dirinya. 

Sedangkan Daffa sibuk mengobrol dengan Adelia, bukan mengobrol tapi lebih tepatnya menjawab pertanyaan dari Adelia, karena sedari tadi yng bertanya adalah Adelia sedangkan Daffa menjawabnya dengan nada yang sangat malas. 

“kamu kenapa Fa? Kok respon mu sekarang beda Fa?” tanya Adelia kepada Daffa, 

“aku gapapa, jangan kira aku bodoh, aku Cuma diem aja, kamu selama ini ke bar sama siapa aja dan ngapain aja, aku tau kok, aku diem bukan berarti aku ga tau, aku Daffa temen ku ada dimana-mana, laporan ku dapetin juga banyak” ucap Daffa dengan nada tinggi membuat Sinta juga merasa ketakutan, 

“aku ga yang kayak kamu pikirin Fa, aku ga sama siapa siapa, itu temen ku, kamu denger kata orang-orang kan, kamu punya bukti ga?” tanya Adelia seolah-olah ia tidak merasa bersalah padahal ia sedang menutupi ketakutannya, 

“maaf ya sebelumnya, kalian kalau mau berantem jangan disini dulu ya, minimal kalau udah berdua, aku ga mau denger kalian berantem soalnya” ucap Sinta yang mencobah untuk menengahi mereka, 

“aah oke Sin sorry yaah” ucap Daffa yang kembali menurunkan nada suaranya, Adelia yang melihat Sinta yang bisa menenangkan Daffa pun lagi dan lagi ia merasa cemburu dan ia merasa bahwa ia sudah di kalahkan oleh Sinta,

“siapa si cewe itu, kok sekarang Daffa bisa nurut sama dia, ini ga bisa di biarin si, kalau dia terus-terusan sama Daffa yang ada posisi ku bakal di rebut sama dia” ucap Adelia di dalam hatinya, Adelia mulai menyusun rencana jahatnya untuk menyingkirkan Sinta dari Daffa, sedangkan Sinta sendiri ia tak mau ambil pusing dengan hal yang ada di depan matanya.

Kini Sinta sudah berada di hotel sedangkan Daffa dan Adelia sedang dalam perjalanan menuju rumah Daffa, disana Adelia mulai berakting seolah-olah manja dengan Daffa.

***

“sayang maafin aku ya, aku tau aku salah, kita perbaikin ya semuanya dari awal” ucap Adelia yang mulai merayu Daffa, 

“kita liat aja kedepannya” ucap Daffa dengan sangat cuek, membuat Adelia merasakan kecewa, 

“Daffa kenapa si sekarang beda banget, atau jangan-jangan dia udah tahu kalau aku hamil, duhh gawat semua rencanaku bisa berantakan nih, tapi kayaknya ga mungkin Daffa tau deh, kalau dia tau dia pasti gamau ketemu sama aku lagi, aku harus cepat-cepat menjebak dia, jangan sampai semuanya terlambat” ucap Adelia di dalam hatinya. Adelia terus-terusan berdiskusi dengan dirinya sendiri. 

“Aku sayang sama kamu Adel, tapi sekarang entah kenapa aku lebih memikirkan Sinta di bandingkan kamu, entah kenapa sekarang aku lebih merasa nyaman dekat dengan Sinta di bandingkan dekat denganmu” ucap Daffa di dalam hatinya sendiri, Daffa dan Adelia nampak diam dan berdiskusi dengan pikiran mereka masing-masing di sepanjang perjalanan.

Kini mereka sudah sampai di rumah Daffa, namun Daffa masih saja bersikap cuek kepada Adelia, “kalau mau makan cari aja di dapur, kamu bisa masak ataupun beli, itu di sebelah sana kamar kamu dan kamu jangan ganggu aku dulu ya, aku mau kerja” ucap Daffa kepada Adelia, setelah menjelaskan tentang tata letak rumahnya, Daffa pun langsung masuk keruangan kerjanya dan menguncinya, sedangkan Adelia yang melihat tingkah Daffa ia nampak geram dengan sikap Daffa, jika Daffa terus terusan begini bagaimana mungkin ia bisa menjebak Daffa, Adelia mulai mencari cara agar ia bisa secepatnya melakukan aksinya.

Sedangkan Daffa yang sedang berada di ruang kerjanya, ia nampak tidak fokus melakukan kerjanya, nampak banyak hal yang sedang ia pikirkan, raut wajah Daffa nampak kusam seperti banyak hal yang membebani dirinya, sedangkan Sinta sepulangnya ia pergi bersama Daffa nampak ia sedang asyik dengan laptopnya, apa lagi yang ia kerjakan jika bukan menulis, teman terbaik Sinta saat ini adalah tulisan, dengan menulis setidaknya Sinta bisa mengisi waktu kosongnya dan meluapkan semua hal yang ada di benaknya, di saat ia sedang asyik dengan pekerjaannya, tiba tiba saja ponselnya berdering nampak ada panggilan masuk dan ternyata panggilan tersebut berasal dari orang tuanya

***

“hallo ma pa” sapa Sinta kepada kedua orangnya, 

“hallo nak, kamu gimana disana? Sehat ga? Kapan kamu mau balik?” tanya mama Sinta kepada Sinta, 

“secepatnya ya ma, nanti kalau Sinta mau balik Sinta kabarin ya ma, kini Sinta pengen tenang dulu ma” jawab Sinta kepada mamanya, 

“sampai kapan nak, kamu mau terus-terusan sendiri, kamu ga mikir mau nikah ya? Coba cari pasangan nak, umur kamu udah ga muda lagi loh, mama papa juga udah makin tua, kamu anak kami satu satunya, kami takut jika suatu saat tidak ada yang bisa menjaga kamu” ucap papa Sinta di balik telepon, 

“iyaa pa, nanti kalau Sinta sudah ketemu sama orang yang tepat Sinta akan nikah ya pa, kali ini Sinta masih ingin fokus sama karir dan kuliah Sinta pa” jawab Sinta kepada papanya, 

“sampai kapan nak, kamu baru bisa move on dari mantan kamu, dia aja udah bahagia sama yg lain masa kamu masih mau sendirian terus” tutur papa Sinta yang mulai merasakan khawatir dengan Sinta karena Sinta belum bisa move on,

“Sinta udah move on pa, ma, hanya saja Sinta belum bertemu dengan orang yang tepat untuk menjalin hubungan kembali, Sinta bahagia kok dengan kesendirian Sinta, oh iya ma, pa, ada surprise ni, tau ga di Bali Sinta ga sengaja ketemu sama Daffa ma, Daffa teman Sinta waktu SD” Sinta mulai menceritakan semuanya kepada kedua orang tuanya.

“Daffa yang lucu itu?” tanya papa Sinta yang mulai ingat dengan Daffa, Daffa dulu memang sering main kerumah Sinta, kedua orang tua Sinta juga sudah sangat kenal dengan Daffa,

“iya pa, Daffa sekarang udah ga lucu lagi tapi dia udah jadi ganteng banget sekarang pa” jelas Sinta dengan rasa kagum kepada papanya,

“jangan bilang kamu jatuh hati kepada Daffa” mama Sinta mulai menebak nebak, “eeh engga ya, sembarangan, Sinta dan Daffa itu Cuma temenan doang ma ga lebih, lagi pula kita kan udah sahabatan dari kecil” ucap Sinta kepada mamanya,

“yasudah kalau gitu, kamu jaga diri disana ya nak” ucap papa Sinta, setelah mereka bertukar cerita akhirnya Sinta pun memutuskan untuk mengakhiri telepon mereka dan kembali melakukan kegiatannya.

Sedangkan Daffa juga sedang menelpon papanya, “jadi gimana pa? Daffa harus ke Belanda atau engga?” tanya Daffa kepada papanya melalui telepon, nampak ada hal yang sangat serius yang mereka bicarakan,

“gausah Fa, papa bisa handle semuanya sendiri, kamu fokus saja sama bisnismu yang ada di Bali, biar yang disini urusan papa” ucap papa Daffa di balik telepon, 

“oke pa kalau gitu, kalau ada apa-apa kabari Daffa saja, Daffa siap bantu kok pa” setelah telepon Daffa dengan papanya berakhir, nampak Daffa sedang sibuk menatap layar laptopnya. 

***

Jam sudah menunjukan pukul 20.00 WITA, dan Daffa nampak belum keluar dari ruangannya, akhirya setelah melakukan pertimbangan, Adelia pun memberanikan dirinya mengetuk pintu ruangan Daffa bekerja, “Sayang, ayo makan dulu, udah malem loh, aku dari tadi nngguin kamu nih” ucap Adelia di balik pintu, 

“Sebentar” ucap Daffa kemudian ia pun melihat jam, betapa terkejutnya dirinya ketika ia melihat waktu sudah menunjukan pukul 20.00 WITA, Daffa pun langsung membuka pintu, “Sorry, sorry, tadi aku banyak kerjaan” ucap Daffa meminta maaf kepada Adelia, ia tidak bermaksud membiarkan Adelia sendirian namun Daffa sendiri memiliki kerjaan yang sangat banyak, 

“iya gapapa sayang, ayo makan dulu, aku tadi udah beli makanan” Adelia pun mengajak Daffa untuk makan malam dan Daffa pun langsung menyetujuinya.

“aku harus ngapain lagi ya, bosen nih” ucap Sinta di dalam kamar, Sinta nampak merasakan bosan dengan hal yang ia lakukan, ia nampak bingung harus melakukan apalagi untuk membunuh waktunya, 

“apa aku ajak Daffa keluar aja ya?, tapi ga mungkin aah Daffa kan lagi bareng pacarnya, aku gamau ganggu deh” ucap Sinta, sedangkan di sisi lain Daffa nampak sibuk menikmati makan malamnya bersama Adelia, dan disanalah Adelia mulai mengajak Daffa untuk mengobrol lebih intim lagi, 

“sayang, kita udah lama loh ga minum-minum, ke bar yuk, mumpung kita lagi di Bali” Adelia mulai mengajak Daffa, sedangkan Daffa nampak hanya diam saja, “Sayang, jawab dong” Adelia mulai merengek-rengek kepada Daffa, “yaudah ayokk selesaikan dulu makan kita ya” ucap Daffa kepada Adelia, Adelia nampak merasa sangat senang akhirnya Daffa menyetujui ajakannya, dan disana nanti Adelia mulai melancarkan rencananya, sedangkan Sinta nampak ia sedang bersiap-siap, rupanya ia juga akan pergi bar hanya sekedar mengusir rasa sepinya.

Sinta sedang duduk duduk di sebuat Bar, bersama alkohol yang ada di depannya, Sinta nampak meminumnya dengan perlahan, secangkir dua cangkir Sinta mulai meminum miras tersebut, sedangkan Daffa dan Adelia sedang dalam perjalanan menuju bar yang sama dengan Sinta, siapa sangka mereka berada di Bar yang sama tanpa perjanjian apapun, Sinta bahkan tidak mengabari Daffa sama sekali bahwa ia akan pergi ke Bar.

Sesampainya di Bar, nampak Adelia memesan miras dengan sangat banyak, “buat apa kamu memesan minuman dengan sangat banyak?” tanya Daffa kepada Adelia, 

“kan sekali-kali sayang, kita fun bareng” goda Adelia kepada Daffa, Daffa hanya tersenyum tipis, sebenarnya Daffa terpaksa untuk pergi ke Bar, awalnya ia ingin menolak ajakan Adelia, namun karena tadi Daffa membiarkan Adelia sendirian jadi Daffa merasa bersalah dan caranya menembus rasa bersalahnya adalah dengan memenuhi semua permintaan Adelia. Adelia dan Daffa kini mereka sedang menikmati minuman mereka, sedangkan di sebrang sana Sinta mulai tidak sadarkan diri, bukannya berhenti untuk minum Sinta justru memesan lagi minumannya.

2 jam berlalu, kini Daffa mulai mabok dan tidak sadarkan diri akibat pengaruh alkohol, sedangkan Adelia ia masih sadar, sebab sedari tadi ia hanya meminum sedikit alkohol, Daffa yang merasakan pusing yang luar biasa akhirnya ia pun pergi ke toilet, sedangkan Sinta sudah dari tadi berada di depan toilet dan karena ia sudah tidak kuat lagi berjalan akhirnya ia duduk di depan toilet, Daffa yang tidak sadarkan diripun dengan samar-samar ia melihat Sinta, sedangkan Sinta sudah tidak tahu lagi siapa yang berada di hadapannya, 

“Sinta” ucap Daffa dengan lirih, 

“siapa kamu” ucap Sinta yang sedang mabok, “aku Daffa, kamu kok disini, kamu kenapa bisa ada di sini” tanya Daffa yang juga tidak sadarkan diri namun Daffa mencoba untuk berbicara, “aku tidak tahu, aku tidak peduli, tolong aku, kepala aku pusing” ucap Sinta, Daffa yang sebenarnya juga sedang merasakan mabok, akhirnya dengan sangat hati-hati ia menggotong Sinta, Daffa pun mulai membawa Sinta pergi keluar dari bar itu dan menuju hotel yang berada tepat di depan bar itu.

Daffa pun memesan sebuah kamar untuk dirinya dan Sinta, kini Daffa dan Sinta sudah berada di sebuah kamar hotel, sedangkan Adelia masih duduk manis di bar, ia berpikir bahwa Daffa masih di toilet, Adelia sengaja membiarkan Daffa sendirian di toilet, dengan begitu nanti Daffa akan semakin merasakan mabok dan di tambah dengan obat yang sudah di campurkan Adelia di dalam minuman Daffa dengan begitu selain mabok Daffa juga tidak bisa menahan hasratnya. Namun atas kehendak Tuhan, semuanya berjalan tidak sesuai dengan rencana Adelia, yang terjadi malah Daffa kini bersama Sinta.

Benar saja, Daffa kini sudah di pengaruhi oleh obat yang dimasukan Adelia kedalam minumannya dan kini Daffa tidak bisa menahan dirinya lagi, tubuhnya terasa sangat panas seperti menginginkan sesuatu sedangkan Sinta nampak tidak sadarkan diri lagi, melihat Sinta yang sangat menggoda di mata Daffa kala itu, Daffa pun mulai melakukan hal di luar kendali dirinya lagi. Sedangkan Sinta sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi pada dirinya lagi.

Cukup lama adelia menunggu Daffa namun Daffa tak kunjung kembali, karena merasa khawatir Adelia pun langsung menyusul Daffa ke toilet, namun begitu kagetnya dia ketika ia melihat Daffa tidaka da di toilet, ia tidak tahu Daffa pergi kemana, dengan sangat kesal akhirnya Adelia pun kembali kerumah Daffa, Adelia merasa sangat geram karena rencanannya kali ini gagal, “tidak apa-apa masih ada hari esok, sabar Adel” gumam Adelia sembari menenangkan dirinya.

Ke esokan harinya, setelah Daffa dan Sinta sadar, betapa kagetnya mereka apa yang sudah terjadi pada mereka, Sinta yang bangun tanpa pakaiannya ia merasa panik dan takut, ia langsung menangis sejadi-jadinya, sedangkan Daffa yang sudah tidak ingat lagi apa yang ia lakukan semalam ia juga tak kala panik,

“sin, kok kamu ada disini” tanya Daffa dengan panik, 

“harusnya aku yang bertanya kepada kamu fa, kenapa aku bisa sama kamu, semalam aku ke bar sendirian, terus bangun-bangun aku bareng kamu dan aku ga pake baju” ucap Sinta kepada Daffa dengan nada gemeteran, 

“aku juga semalam ke bar bareng Adelia, bukan bareng kamu Sin” ucap Daffa, setelah bertanya-tanya apa yang terjadi pada dirinya Daffa pun akhirnya perlahan-lahan ingat apa yang sudah ia lakukan semalam, dengan penuh rasa penyesalam Daffa pun meminta maaf kepada Sinta, Daffa menjelaskan semua yang sudah terjadi pada mereka dengan pelan-pelan, dengan setengah percaya Sinta pun langsung menangis sejadi-jadinya dan kini Daffa bingung apa yang harus ia lakukan.

“Daffa kemana si kok ga balik-balik” Adelia mulai merasa kesal karena sejak di bar semalam, Daffa tak kunjung kembali. 

“sin aku pasti tanggung jawab terhadap apa yang sudah aku lakukan, aku benar-benar minta maaf ya sin, aku siap nikah sama kamu” ucap Daffa yang mencoba menenangkan Sinta, “tapi aku yang belum siap Daff, kamu tahu sendiri kan apa yang sudah aku alami, di tambah kamu juga sudah punya pacar, Adelia, apa yang ia rasakan kalau ia tahu ini terjadi pada kita, tentu saja ia akan marah besar kepadaku” ucap Sinta di sertai dengan tangisannya, 

“Adelia, dia ga cinta sama ku Sin, dia juga semalam mencoba untuk menjebak ku, dia memasukan sesuatu di minuman ku dan aku baru sadar sekarang, jika dia benar pasangan yang baik dia tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh kepada diriku Sin” tutur Daffa kepada Sinta, 

“terus aku sekarang harus gimana FA, aku bingung, aku harus ngomong apa ke Adelia dan aku harus ngomong apa ke orang tuaku” ucap Sinta dengan nada panik, 

“aku bisa menjelaskan semuanya kepada Adelia dan kepada orang tuamu juga orang tuaku, kamu cinta kan Sin sama ku?” tanya Daffa kepada Sinta, 

“aku gabisa Daff, kita sahabatan udah dari kecil” ucap Sinta kepada Daffa, “justru karena kita udah sahabatan dari kecil, hal itu membuat aku cinta sama kamu sin, aku ga ragu lagi menikah sama kamu, karena aku sudah lebih dari mengenal kamu sedangkan Adelia, aku juga udah tahu gimana busuknya dia” tutur Daffa kepada Sinta, 

“jangan-jangan kamu sengaja melakukan ini untuk menjebak ku agar aku mau nerima kamu Daff, tega ya kamu” dengan nada yang sangat kasar Sinta berbicara dengan Daffa, 

“engga sin, aku sama sekali ga pernah berpikir seperti itu” tutur Daffa, “apa jaminannya agar aku bisa percaya sama kamu?” Sinta mulai bertanya kepada Daffa. 

“sekarang kamu ikut aku, ada satu orang yang bisa menjawab semua pertanyaannmu” ucap Daffa kepada Sinta. Setelah mereka merapikan diri mereka, Daffa dan Sinta pun bergegas keluar dari hotel dan Daffa pun mengambil mobilnya yang terparkir di Bar, Daffa mengendarai mobilnya dengan sangat ngebut membuat Sinta merasakan ketakutan.

“ADDEELL” sesampainya di rumah, Daffa mulai berteriak memanggil Adelia, membuat Sinta merasakan ketakutan, Sinta tidak pernah melihat Daffa semurka ini, 

“ada apa sayang, kamu dari mana saja, semaleman aku nungguin kamu di bar loh” Adelia masih bertanya dengan sangat lembut kepada Daffa, 

“sekarang kamu jelaskan kepadaku, apa yang sedang kamu rencanakan kepada diriku, CEPATTTTT” ucap Daffa dengan nada yang sangat tinggi, 

“aku... aakk....aakuu tidak melakukan apa apa sayang” ucap Adelia dengan ada gemeteran,

“gausah bohong, kamu sengaja menaruh obat kedalam minumanku, kamu tahu karena perbuatan mu, aku jadi melakukan sesuatu yang tidak pernah ku bayangkan kepada Sinta, seharusnya kamu tahu apa yang sudah aku lakukan kepada Sinta, dan kini mau tidak mau aku harus bertanggung jawab kepada Sinta, semua karena ulahmu” ucap Daffa kepada Adelia, 

“loh kok malah ke Sinta sih, harusnya ke Aku, aku sengaja menaruh obat di minumanmu supaya aku bisa menikah dengan mu karena aku sudah hamil duluan, aku gamau malu jadi aku berencana untuk menjebakmu, tapi kenapa malah kamu melakukan itu kepada Sinta” ucap Adelia keceplosan.

mendengar hal itu Sinta dan Daffa sontak kaget mereka tidak menyangka bahwa Adelia akan melakukan hal seperti itu, “kamu denger kan sin, dia sendiri yang berbicara seperti itu” ucap Daffa kepada Sinta, sedangkan Adelia merasa malu karena ia sudah keceplosan, kini semua rencana Adelia gagal, 

“aku minta maaf yaa faa, kali ini aku mohon bantu aku, jika bukan kamu aku tidak tahu lagi harus meminta bantuan kepada siapa” ucap Adelia dengan nada penuh penyesalan, 

“maaf aku tidak bisa membantu mu lagi, sekarang kita sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi dan kini aku harus bertanggung jawab kepada Sinta” ucap Daffa kepada Adelia, di depan Sinta. 

Sinta merasa tidak tega dengan apa yang terjadi pada Adelia walau bagaimanapun mereka sama sama perempuan, 

“kalau boleh tahu, siapa yang menghamili kamu? Dan kenapa ia tidak mau bertanggung jawab atas kehamilan kamu” tanya Sinta kepada Adelia.

Adelia mulai menjelaskan semuanya secara detail, Daffa yang semula marah kepada Adelia kini perlahan-lahan mulai merasa kasihan kepada Adelia, sedangkan Sinta yang mendengar cerita Adelia, nampak ada satu nama yang ia rasa tidak asing, “BAGAS? BAGASKARA?” tanya Sinta kepada Adelia, 

“iyaah, kok kamu tahu?” tanya Adelia penasaran, dari mana Sinta bisa kenal dengan Bagas, Sinta pun menejelaskan semuanya kepada Daffa dan Adelia bahwa Bagas adalah mantannya.

“sepertinya sebelum kamu menikahi ku, kamu harus membantu ku dan Adelia terlebih dahulu deh, untuk menyelesaikan masalah Adelia” ucap Sinta dengan nada gemeteran, karena semua yang terjadi kepada dirinya di luar prediksinya, 

“apa yang bisa ku bantu?” tanya Daffa kepada Sinta, akhirnya Sinta, Daffa dan Adelia, mereka mulai berdiskusi dan mereka berencana untuk menghancurkan Bagas karena Bagas sendiri sudah lari dari tanggung jawabnya. Setelah semuanya di rencanakan dengan matang merekapun akhirnya kembali ke Jakarta, dan disana lah Sinta menjalankan aksinya, di bantu dengan Adelia dan Daffa, kini setelah melaporkan tindakan Bagas ke kantor polisi, kini Bagas resmi di tahan polisi karena kasus perzinahan.

Kini semua masalah telah selesai, Adelia sudah jujur kepada kedua orang tuanya dan orang tua Adelia sudah menerima apa yang terjadi pada anak mereka dan Adelia pun sudah mengikhlaskan Daffa bersama Sinta, Sinta sendiri sudah jujur kepada kedua orang tuanya, dan Daffa juga jujur kepada orang tuanya, akhirnya dengan restu kedua orang tua Sinta dan Daffa mereka pun resmi menikah, mereka menikah bukan karena terpaksa tapi karena memang mereka saling mencintai hanya saja semua itu tertutup dengan status mereka sebagai sahabat, kedua orang tua Sinta pun bahagia sebab kini anak mereka sudah menemukan pasangan yang benar-benar mencintainya dan siapa sangka pasangannya adalah orang yang sudah bersama dirinya sejak kecil.


TAMAT

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url