Tragedi di Bar dan Cinta Abadi Chapter 2
Cerpen Tragedi di Bar dan Cinta Abadi Chapter 2
Sinta kembali ke hotel tempat ia menginap, nampak beberapa kenangan masalalu mulai muncul di benaknya, masa kecil yang selalu menjadi kenangan terindah sekaligus kenangan terpahit mulai ia ingat kembali, bagaimana tidak, setelah pertemuannya dengan Daffa, sosok penolong masa kecilnya ia kembali menjadi mengingat masa tersebut, dulu sewaktu kecil, Sinta tidak memiliki teman yang banyak, hanya Daffa seorang.
Pada waktu itu jangankan memiliki teman, Sinta saja selalu di bully oleh teman-teman kelasnya, karena pada saat itu fisik Sinta jauh dari kata sempurna, Sinta memiliki kulit yang hitam dan tubuh yang pendek, namun sekarang kondisi fisik Sinta jauh berbeda, Setelah beranjak dewasa Sinta mulai merawat dirinya, “Daffa, masih sama kayak dulu, masih unik ya, ada di saat aku lagi sedih, dari dulu emang gapernah berubah tuh anak, aku aja ga nyangka kalau bakal ketemu dengan dia lagi” ucap Sinta di dalam hatinya sembari merebahkan badannya, setelah berpikir banyak hal Sinta pun akhirnya tertidur pulas, sedangkan di sisi lain Daffa pun memikirkan hal yang sama seperti yang Sinta pikirkan, “Sin kamu dari dulu gemesin ya, sama aja Cuma sekarang kamu udah lebih cantik, pasti sekarang banyak yang suka sama kamu, ga kayak dulu lagi yang sering di bully” ucap Daffa sembari melihat sebuah foto yang terpajang di meja kerjanya. Setelah memikirkan perihal hal kecilnya, Daffa pun kembali bekerja, Daffa memang memiliki perusahaan di Bali dan berbagai kota lainnya, Daffa kini sukses menjadi pengusaha namun tak banyak orang yang mengetahui tentang Daffa karena ia memiliki sikap yang sangat tertutup.
***
“kita ada rapat pak 30 menit lagi” ucap seorang laki-laki kepada Daffa yang tak lain adalah asisten Daffa,
“tunda saja dulu rapatnya, karena ada hal yang lebih penting yang harus ku lakukan dan aku udah janji sama orang tersebut” perintah Daffa dengan tegas,
“tapi pak, ini penting loh, kalau kita berhasil maka kita akan mendapatkan investor baru yang ga main-main pak” ujar asisten Daffa yang masih menjelaskan kepada Daffa,
“sudah tidak apa-apa, tunda saja dulu, saya yakin semuanya akan baik-baik saja, okey, sekarang saya harus pergi dulu, untuk sementara kamu handle semuanya sendiri dulu ya” ucap Daffa yang kemudian langsung bergegas pergi tanpa mendengarkan masukan dari asistennya tersebut.
Daffa mulai mengendarai mobilnya, menuju lokasi yang sudah di bagikan oleh Sinta 1 jam yang lalu, sedangkan Sinta sedang sibuk-sibuknya berdandan, entah kenapa padahal ia hanya bertemu dengan mantan sahabatnya, tapi ia sibuk berdandan seperti akan berkencan dengan orang baru. 30 menit berlalu, kini Daffa sudah sampai di sebuah hotel yang tak lain adalah tempat Sinta menginap, nampak Daffa pun sedang menghubungi Sinta lewat ponselnya,
“Sin aku tunggu di lobby ya” ucap Daffa melalui telepon, tak lama kemudian Sinta pun datang menghampiri Daffa,
“hallo, sorry ya kalo lama” ucap Sinta kepada Daffa sedangkan Daffa hanya tersenyum seolah-olah nampak kagum dengan penampilan Sinta hari ini.
Sepanjang perjalanan nampak Sinta dan Daffa sedang berdiskusi panjang, banyak topik yang mereka bahas dan seakan-akan mereka tidak kehabisan topik, ada satu pertanyaan yang di ajukan oleh Sinta yang membuat Daffa pun langsung terdiam,
“fa, kamu udah punya cewek ya?” tanya Sinta kepada Daffa, sedangkan Daffa hanya diam saja,
“kenapa fa, kamu kok gamau jawab, biasanya sih udah punya” Sinta langsung menyimpulkan,
“eemm engga tau nih” ucap Daffa dengan ragu-ragu,
“kenapa? Kok gatau?” tanya Sinta dengan heran,
“jadi gini Sin, aku sebelumnya punya pacar, aku sayang banget sama dia, hubungan kita udah jalan 2 tahun, tapi sewaktu aku bilang usaha aku lagi down, dan aku udah ga sejaya dulu, dia tiba-tiba langsung cuek Sin, dan aku dapat laporan dari teman-temanku kalau dia akhir-akhir ini sering ke bar gitu bareng cowo tanpa sepengatahuan aku dia juga ga pernah peduli sama apa yang ku jalani akhir-akhir ini” jelas Daffa kepada Sinta dengan nada sedih,
“ya ampun, kasian banget si kamu, jadi akhirnya solusi dari hubungan kalian ini gimana Fa? Dia tau ga kamu pergi sama aku? Kalau dia tau dia pasti marah kan” ucap Sinta yang mulai merasa tidak enak hati,
“kalaupun dia tau dia juga pasti ga peduli Sin” tutur Daffa kepada Sinta, “dia pasti peduli sama kamu fa, masalah dia pergi sama cowok itu, kamu udah nanya belum ke dia, barangkali itu rekan kerja nya atau keluarganya, jangan sampai loh gara-gara salah paham hubungan kalian jadi kandas” Sinta mencoba untuk menasihati Daffa,
“aku tahu siapa laki-laki itu sin, aku udah kenal betul sama keluarganya apalagi teman-temannya, jadi kita bisa simpulkan sendiri la” ucap Daffa,
“jadi kamu biarin dia selingkuh gitu aja fa?” tanya Sinta kepada Daffa, “kalau untuk mutusin dia aku belum siap Sin jadi mau gamau aku biarin sampai aku capek, kalau aku udah capek pasti akan ku putusin” tutur Daffa kepada Sinta,
“aku waktu itu di selingkuhin juga fa, tapi akhirnya aku mutusin buat mengakhiri hubunganku, meskipun aku sayang banget sama dia, tapi menurut ku kalau udah selingkuh itu ga bisa di maafin lagi, takutnya nanti akan terus terulang, itu sih menurutku ya, kalau kamu terserah kamu fa, aku yakin kamu bisa mengatasi masalah kamu sendiri” tutur Sinta kepada Daffa,
“btw kita udah sampai nih Sin, ayo turun” ucap Daffa kepada Sinta.
***
Bersama suasana sore yang sangat indah, Sinta dan Daffa menghabiskan waktu mereka bersama-sama menyaksikan matahari terbenam, dan tiba-tiba saja Sinta langsung menitihkan air matanya,
“kenapa kamu Sin, kok nangis?” tanya Daffa kepada Sinta, Daffa merasa kebingungan kenapa Sinta tiba-tiba nangis,
“gapapa Fa, aku Cuma ke inget masalalu aja, dulu aku sama si ex juga sering kayak gini, nimaktin matahari terbenam terus bercerita tentang indahnya masa depan, kita punya banyak mimpi yang kita tuangkan disini, namun sayangnya semuanya hanya jadi masalalu, 3 tahun udah berlalu loh, dan aku masih mikirin tentang dia” ucap Sinta kepada Daffa, spontan Daffa pun langsung memeluk Sinta dan mengelus kepala Sinta dengan lembut, perlakuan Daffa kepada Sinta sama sedari dulu ketika Sinta sedang merasakan sedih Daffa selalu mengelus kepala Sinta dengan lembut.
“aku ga nyangka kalau kita bisa ketemu lagi fa, aku kira kita hanya menjadi bagian masalalu yang ga akan kerulang lagi” tutur Sinta kepada Daffa,
“tuhan punya rencana yang bahkan umatnya sendiri tidak bisa memprediksikan” tutur Daffa dengan bijak.
Hari itu adalah hari yang paling indah bagi Sinta, sebab sudah lama ia tidak merasakan dekapan yang hangat, ia selalu di paksa kuat oleh keadaan dan Sinta selalu berpura-pura baik-baik saja di hadapan orang lain, padahal Sinta sangat membutuhkan dekapan hangat, dan dengan Daffa ia tidak perlu menutupi semua rasa yang sedang ia rasakan, dengan Daffa, Sinta selalu bisa menjadi dirinya sendiri tanpa berpura-pura sedari kecil ketika bersama Daffa, Sinta selalu merasa aman. “selama aku masih di Bali, aku mau ajakin kamu ketempat-tempat yang indah, biar kamu ga ngerasain sedih lagi, gimana setuju ga?” tanya Daffa kepada Sinta, “emm kemana aja tuh” Sinta penasaran,
“intinya kamu ikut aja ya” jawab Daffa kepada Sinta.
selama di Bali, Daffa ingin menghabiskan waktunya bersama Sinta, sahabat masa kecilnya yang selalu ia rindukan,
“aku sih yes” ucap Sinta dan merekapun tertawa satu sama lain. Sore itu, mereka menjadi manusia yang penuh dengan kebahagiaan sampai mereka sendiri lupa bahwa sebenarnya mereka memiliki banyak masalah yang belum di selesaikan.
***
Seorang gadis dengan bentuk tubuh yang sangat cantik memasuki sebuah gedung dengan langkah yang sangat cepat, siapa lagi gadis itu kalau bukan Adelia pacar Daffa,
“sayang aku hamil gimana dong” ucap Adelia kepada seorang laki-laki yang tak lain adalah Bagas,
“hamil gimana maksud kamu, kamu ga usah bohong ya” ucap Bagas dengan nada yang sangat kasar,
“yah buktinya sekarang aku hamil, dan ini anakmu, aku Cuma kayak gitu sama kamu aja” ucap Adelia dengan nada panik,
“kamu kan tahu, aku sudah punya istri, kamu urus aja masalah ini sendiri, aku gamau ambil pusing, lagipula aku yakin kamu kayak gitu ga Cuma sama aku aja, kamu juga pasti sama yang lain” ucap Bagas yang terkesan tidak ingin bertanggung jawab atas perbuataannya,
“bisa-bisanya ya kamu kayak gini, padahal jelas-jelas ini anak kamu loh” ucap Adelia dengan nada kesal, “oh iya mulai sekarang anggap saja kita sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi, kamu boleh pergi dari sini sekarang juga” Bagas langsung mengusir Adelia tanpa bertele-tele.
Adelia keluar dari ruangan Bagas dengan tangisan, “dasar laki-laki kurang ngajar, ia tidak mau bertanggung jawab dengan perbuatannya” gerutu Adelia, Adelia nampak sedang berpikir, ia mencari cara agar maslaahnya selesai, ia teringat sesuatu,
“oh iya, aku kan masih pacaran sama Daffa, bisalah Daffa ku manfaatkan, ku suruh ia tanggung jawab seolah-olah ini perbuatannya, gapapa lah Daffa udah jatuh miskin yang penting aku tidak meraskan malu karena mengandung anak tanpa ayah” ucap Adelia di dalam hatinya, nampak Adelia sedang merencanakan rencana jahat kepada Daffa.
“hallo kenapa?” ucap Daffa di balik telepon, dengan siapa lagi ia berbicara jika bukan dengan kekasihnya Adelia,
“sayang, aku minta maaf yah, kamu sekarang lagi gimana? Kita bisa ketemu ga? Aku mau ketemu sama kamu, aku kangen, aku juga mau minta maaf karena beberapa minggu ini aku udah nyuekin kamu” ucap Adelia dengan nada manjanya kepada Daffa, ia berharap bahwa Daffa akan luluh kembali kepada dirinya,
“aku lagi ga di Jakarta, aku lagi di Bali sayang kenapa?” tanya Daffa kepada Adelia, Daffa berpura-pura tidak tahu bahwa Adelia selingkuh, padahal Daffa sudah mengetahui semuanya kecuali Adelia sedang hamil.
“aku samperin boleh?, aku mau nemenin kamu di saat kamu susah, aku janji aku ga ilang-ilangan lagi” Adelia mencoba untuk merayu Daffa, “kalau mau kesini, ya kesini aja, ga ada yang ngelarang kamu kesini kok” ucap Daffa yang mulai dengan nada juteknya,
“yaudah nanti aku cari tiket terus aku flight kesana ya sayang” ucap Adelia, tanpa basa basi lebih lanjut Daffa pun langsung mematikan teleponnya karena ia sudah muak dengan tingkah Adelia.
“nah Sin, jadi hari ini kita mau ke Ubud, kita akan ke Monkey Forest, disana banyak sekali monyet, nanti kita juga bisa loh main sama monyet disana sambil foto-foto juga bisa” tutur Daffa kepada Sinta,
“fa, plis yaah ini aku baru aja melek loh, kamu terlalu excited ya, jam 7 udah nyamperin aku, aku aja belum sarapan loh ini” Protes Sinta kepada Daffa karena menjemput Sinta kepagian,
“aku juga belum sarapan nih, ayok kita sarapan bareng nanti, ya gapapa Sin kepagian, jadi kita kanpunya banyak waktu untuk terus bareng-bareng” ucap Daffa kepada Sinta,
“dasarr yaah kamu, aku sih males bareng kamu hahahah” ledek Sinta kepada Daffa,
“ohh gitu? Yaudah kamu boleh turun nih sekarang, aku pinggirin dulu mobilku” canda Daffa membuat Sinta sontak langsung marah,
“ohh jadi kamu mau nurunin cewek di tengah jalan gini ya? Sejak kapan kamu jadi cowok yang ga bisa tanggung jawab fa?” tanya Sinta kepada Daffa,
“aku ga nurunin kamu di tengah jalan loh, aku nurunin kamu di pinggir jalan” jawab Daffa dengan cengengesan membuat Sinta tertawa,
“Dasar yaah kamu”, setelah bersenda gurau, mereka pun langsung kembali diam satu sama lain, Daffa fokus mengendarai mobilnya sedangkan Sinta nampak sibuk dengan ponselnya. Tak lama kemudian ponsel Sinta pun berdering dan Sinta langsung mengangkat telepon,
“hallo pak selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?”,
“menurut saya masalah tersebut bisa saya selesaikan dan saya akan memberikan solusi kepada bapak, tapi tidak sekarang ya pak, berikan saya waktu berpikir sampai nanti malam dan hal yang harus bapak lakukan adalah jangan panik karena setiap masalah pasti akan ada jalan keluarnya” ucap Sinta kepada seseorang yang sedang berbicara dengannya di balik telepon,
“siapa Sin?” tanya Daffa penasaran,
“oh ini klien aku” jawab Sinta kepada Daffa,
“klien? Kamu tuh kerjanya apa si sin sebenernya” Daffa mulai penasaran dengan Sinta,
“aku banya Daff kerjanya, nanti kamu juga pasti tau sendiri kok hehe” jawab Sinta kepada Daffa yang membuat Daffa semakin merasakan penasaran.
“lucuu bangett” ucap Sinta sewaktu melihat monyet yang ada di depan matanya, nampak sekali bahwa Sinta sedang merasakan kebahagiaan, Daffa yang melihat Sinta sedang bahagia pun ikut merasakan bahagia,
“kamu senang?” tanya Daffa kepada Sinta,
“seneng banget, thanks ya faa” ucap Sinta kepada Daffa, tak lupa ia mengucapkan terima kasih,
“iya sama sama Sin”. Saking serunya Daffa bersama Sinta ia lupa bahwa hari ini Adelia akan ke bali menyusul dirinya, sekarang Daffa nampak benar-benar nyaman bersama Sinta sampai-sampai ia saja lupa dengan kekasihnya padahal sewaktu dulu, Daffa selalu memperioritaskan kekasihnya sampai ia tidak memiliki waktu bermain bersama teman-temannya, namun kali ini Daffa berhasil melupakan kekasihnya yang sudah mengkhianati dirinya.
“habis ini kita mau kemana lagi fa?” tanya Sinta kepada Daffa,
“kita jajan es cream yuuu” ajak Daffa kepada Sinta,
“but..... OMG... I’m forget” Daffa seperti baru teringat akan sesuatu,
“ada apa fa?” tanya Sinta penasaran,
“Sin, aku lupa, hari ini Adelia mau ke Bali harusnya aku jemput dia di bandara” terang Daffa kepada Sinta,
“yaudah, kalau gitu kamu jemput dia sekarang, aku gapapa kok aku bisa balik sendiri, gampang” ucap Sinta kepada Daffa,
“engga Sin, kamu ikut aku ya sekarang ke bandara, gapapa kok, nanti ku kenalin kamu ke Adelia sekalian biar kalian juga saling kenal" ajak Daffa kepada Sinta,
“engga aah fa, gaenak aku nanti dia salah paham samaku” tutur Sinta yang merasa sungkan,
“engga la sin ga akan, yang ada kalau kamu ga kenalan sama dia sekarang yang ada nanti di kemudian hari dia akan salah paham ke kamu” ucap Daffa kepada Sinta.
Setelah berpikir akhirnya Sinta pun menyetujui ajakan Daffa untuk ke bandara menjemput Adelia, sebenarnya Sinta merasa tidak enak hati karena secara engga langsung ia sudah menganggu hubungan sahabatnya itu, namun setelah di pikir-pikir apa yang di katakan Daffa ada benarnya juga, akan lebih baik jika mereka kenalan sekarang daripada terjadi kesalahpahaman di kemudian hari.