Menekuni Menulis, Mengasah Mental Petarung

bunganwar - Memperdalam menulis untuk beberapa orang ialah tugas saat sedang di kursi sekolah. Ada hati lega saat sukses raih pucuk pengajaran berbentuk ketrampilan dan gelar akademis yang tingkatan setelah itu pembangunan karier dalam tugas, baik tugas yang mempunyai tujuan terima upah atau "menggaji" diri kita. Dengan konsentrasi pada tugas, sebenarnya beban untuk belajar keras (menulis dan membaca) akan menyusut mencolok atau bahkan juga bukan target utama.

Menekuni Menulis, Mengasah Mental Petarung

Memperdalam menulis untuk beberapa orang lain ialah takdir saat seorang baik dengan kesadaran dan kemauan sendiri atau karena tidak punyai alternatif lain harus bergelut dengan dunia tulisan seperti reporter, editor, penerbit dan lain-lain. Ada beberapa orang dengan background pengajaran non publisistik/sastra habiskan hidupnya di meja redaksi, bahkan juga sukses jadi penulis terkenal. Sebenarnya manusia sebagai makhluk paling mulia punyai kekuatan penyesuaian tertinggi.

Cuma sedikit orang yang semenjak awalnya ingin memperdalam menulis atau jadikan penulis sebagai harapan. Dalam bentang saat yang panjang sampai sekarang menulis bukan sektor tugas yang memikat dan membesarkan hati, khususnya saat memberikan keyakinan seorang yang hendak jadi pasangan hidup. Di lain sisi ada beberapa penulis yang memahat prestasi yang susah diraih seperti Nobel Kesusastraan dan nama yang kekal tidak rapuh ditelan jaman. Antiknya cukup banyak penulis yang awalannya berasa kecebur, malah mendapati kehidupan dan penghidupan dengan menulis.

Memperdalam menulis untuk tiap orang selalu punyai cerita tertentu. Untuk maksud apa saja menulis menyaratkan keberanian, bahkan juga untuk orang yang pemula " sedikit kegilaan". Tulisan janjikan beberapa hal, reputasi, uang, harga diri, kepuasan batin dan kewarasan. Menulis ialah suatu hal yang gampang di deskripsikan tetapi tidak selamanya gampang untuk dilaksanakan.

Memperdalam Menulis, Perlu Taktik, Kreativitas dan Pengembangan

Saat pertama sekali terpikirkan membuat website, saya memilih untuk tuliskan beberapa topik yang tidak mengundang perhatian, di mana orang lain tidak terpikirkan untuk tuliskan hal itu. Tapi sebagai masalah selanjutnya ialah, tidak gampang cari bahan tulisan di mana orang lain betul-betul tidak tertarik sama topik itu.

Masalah setelah itu, bila topik yang saya catat tidak menarik lalu bagaimanakah mungkin saya mengharap website saya akan dibaca orang lain. Bukan hanya dibaca tetapi memberi faedah, memberikan inspirasi dan tertarik membaca topik seterusnya. Disini seorang yang memperdalam menulis harus punyai psikis petarung. Petarung yang memiliki arti jangan berasa "insecure" dengan penulis besar dan terkenal.

Penulis sukses lahir dari 0, tidak ada bayi yang lahir bisa langsung menulis. Penulis besar lahir proses dari, perlu waktu dan perjuangan yang berbeda untuk tiap orang. Itu memiliki makna tiap orang yang memperdalam menulis baik pemula atau yang telah berkali-kali memenangkan lomba/penghargaan tentu perlu taktik, kreativitas dan pengembangan.

Memperdalam menulis memaksakan seorang untuk bertanding dalam persaingan di mana beberapa puluh, beberapa ratus bahkan juga beberapa ribu orang tuliskan topik yang serupa dengan sudut pandang berlainan untuk diedarkan baik online atau bikin. Menulis mustahil dengan mempersempit ruangan, di mana seakan-akan ada dunia dengan tulisan cuman satu yaitu kita. Menulis sebagai aktivitas yang mempunyai tujuan membagi ke orang lain jadi tidak mungkin jadikan tulisan kita ialah salah satu di dunia.

Meniscayakan Pantang Berserah

Menekuni Menulis, Mengasah Mental Petarung

Ada orang yang pertama kalinya menulis langsung keluar pada media/penerbit/publisher terkenal, lainnya harus menanti tulisan yang ke 100 baru bisa lolos dari meja redaksi/editor. Untuk saya penulis yang sukses ialah yang ke-2 karena ia melebihi (sanggup lewat) perjuangan dan alami proses perkembangan jadi seseorang yang trampil. Semua penulis setuju menulis ialah ketrampilan yang dapat di dalami dan kesabaran ialah keyword.

Tetapi tidak seluruhnya orang untung sukses pada tulisan pertama, terbanyak malah remuk di eksperimen pertama. Ditampik atau mungkin tidak ditanggapi benar-benar sebagai realita pahit dan dapat memunculkan dampak kapok. Menulis memerlukan psikis pejuang yang bila ditampik makin ingin tahu dan usaha coba kembali. Menjadi penulis yang sukses bahkan juga lebih dari seorang pejuang, jadi penakluk, khususnya diri kita.

Memperdalam menulis membutuhkan disiplin dan stabilitas. Disiplin teratur menulis secara periodik dan stabil mengusung nilai-nilai yang dipandang berguna. Sebuah keadaan yang mengharuskan kekuatan menaklukkan diri kita, Menaklukkan perasaan takut (insecure), perasaan malas, bahkan juga ketakmampuan (berasa tidak sanggup) tersebut.

Mulai menulis, stop menakzimkan kesempurnaan

Penulis yang masak bermula dari penulis pemula. Tulisan yang luar biasa bermula dari sebuah kekeliruan (corat-coret). Bahkan juga ada beberapa tulisan yang hebat lahir dari keadaan ketaknyamanan, baik yang mengambil sumber di luar atau dari pada diri penulisnya. Ini jadi deskripsi tidak ada keadaan yang betul-betul bagus untuk jadikan seorang jadi penulis yang bagus. Masing-masing tulisan mempunyai cerita dan takdir masing-masing.

Menanti sampai tulisan kita dipandang prima ialah antitesis memperdalam menulis. Tulisan yang bagus bukan yang prima tapi datang dari niat untuk share dan memberi faedah untuk orang lain. Sepanjang tulisan mematuhi hukum (plagiat), menyentuh/mengejek faksi lain (SARA), dan penuhi aturan penulisan telah semestinya dipublikasi.

Menjadi penulis yang luar biasa seorang penulis pemula harus berani, bermental petarung dalam mengutarakan ide yang ia punyai. Cukup dengan jalan begitu seorang penulis dapat sampai ke kesempurnaan. Memperdalam menulis jadi pleno saat tulisan itu datang ketika yang pas, mengulas permasalahan yang pas dan dibaca orang yang akurat. Sesimpel itu dipandang prima.

Kesabaran lebih memiliki makna dibanding kesempurnaan. Tulisan yang diekstraksi oleh proses perjuangan melahirkan saripati yang berharga. Berharga tinggi lebih ke kedalaman arti dan filosofi yang memicu, bukan ke pemasaran sebuah karya tulis. Memperdalam menulis memerlukan usaha holistik, baik dari segi penulis atau di luar dianya. Nach Itulah, sebuah rintangan yang prima.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url