Keutamaan Kesehatan Paru
bunganwar - Beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 17 November diperingati sebagai Hari Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Sedunia. Peringatan yang telah dilaksanakan tiap tahun ini memiliki arah untuk tambahkan kesiapsiagaan masyarakat pada jenis penyakit paru yang semakin.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), Penyakit Paru Obstruktif Kronis menempati urutan ke-6 sebagai penyebab kematian di dunia pada tahun 1990. Angka itu seterusnya semakin bertambah dan jadi penyebab kematian nomor tiga di dunia pada 2019
"Pada tahun 2019, ketika kita pandemi itu sudah sama sesuai prediksi bila menjadi penyebab kematian nomor tiga. Bahkan sebetulnya (prediksi) penyebab kematian ini tidak pada 2019, tapi 2020," menurut Dr. dr. Susanthy Djajalaksana, Sp.P(K) beberapa waktu lalu.
"Tapi ternyata dia dapat semakin cepat kehadiran. Ternyata jadi penyebab kematian nomor tiga di jaman pandemi dan ini diprediksi akan terus semakin bertambah," Susanthy menambahkan.
Menurut Susanthy, di Indonesia sendiri ada sekitar 4.8 juta orang yang memiliki Penyakit Paru Obstruktif Kronis. Terutamanya terjadi pada usia tua dan mereka yang terserang polusi udara dan asap r*k*k.
Jadi apa sih sebenarnya tujuannya ada day day ini? Supaya tambahkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat luas akan kelebihan kesehatan paru.
Apalagi, sejauh pandemi COVID-19 jalan, pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis dilihat lebih riskan terserang virus SARS-COV-2 itu. Infeksi virus sendiri jadi pencetus berjalannya PPOK akut.
Ini satu diantaranya pemicunya adalah infeksi, salah satunya adalah COVID-19. Data yang ada menunjukkan dua sampai 13 % pasien COVID-19 memiliki komorbid PPOK dan data ini bervariasi karena analisis PPOK yang kurang cukup.
Ditambahkan, pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis yang diserang COVID-19 kerap tidak bisa isolasi mandiri. Tapi harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit.
Cara Mengatasinya
Dalam kesempatan yang sama, Susanthy membagikan beberapa cara yang bisa dikerjakan banyak pasien PPOK. Berikut delapan satu diantaranya.
- Aktif bergerak
- Patuh ber*bat
- Konsumsi makanan bergizi
- Rajin kontrol
- Vaksinasi
- Terapi rekondisi
- Menghindari pajanan (zat-zat beracun)
- Setop mer*k*k
Dengan aktif bergerak itu pasien PPOK bisa tambahkan kualitas hidupnya. Banyak penelitian permasalahan ini apabila kita bicara berkenaan bukti-bukti penelitiannya, bila seharusnya aktif bergerak pada mereka yang PPOK atau yang sehat.