Bullying Chapter 3
Cerpen Bullying Chapter 3
Melihat seseorang yang selalu mengawasi Hilda ke sekolah, guru kelas Hilda sering menegur Hilda agar tidak ada orang yang menjaganya karen Guru Hilda risih dengan keberadaan orang tersebut dan lagipula bagi guru Hilda sebenarnya kedua orang tua Hilda tidak perlu melakukan hal yang berlebihan seperti ini karena tentu saja dengan hal seperti ini membuat para murid di kelas merasa ketakutan.
Kepala sekolah sudah menegur orang tua Hilda namun
mereka nampak tidak peduli dengan teguran kepala sekolah tersebut, orang tua
Hilda justru mengatakan kalau ia tidak akan membiarkan satu orang pun menyakiti
anaknya, bahkan jika guru Hilda yang menyakiti anaknya mereka juga akan
merasakan akibat yang sama seperti para teman Hilda yang selalu mencoba
menyakiti Hilda. Mendengar keputusan dari kedua orang tua Hilda, kepala sekolah
Hilda tidak bisa berkata apa-apa lagi, karena ia mengetahui betul bahwa kedua
orang tua Hilda memiliki kekuasaan dan mereka akan melakukan apapun tanpa
memperdulikan mereka. Sementara Hilda sendiri, ia sudah berkali-kali membujuk
kedua orang tuanya agar membiarkan ia hidup sendiri dan pergi ke sekolah
sendiri bukan malah di awasi setiap hari, namun permintaan Hilda tersebut
nampak sia-sia, kedua orang tua Hilda tidak mau mendengarkan permintaan anaknya
tersebut.
Semenjak hari dimana mama Hilda mendapati anaknya sedang di Bully, sekarang kedua orang tua Hilda nampak berubah drastis, mereka yang semula baik kesemua orang kini perlahan-lahan menjadi orang yang sadis, karena mereka merasa jika baik ke orang lain belum tentu orang lain pun akan kembali baik kepada mereka. Salah satu contohnya adalah kedua orang tua Hilda baru saja memecat seseorang yang tak lain adalah ayahnya Wulan, siapa itu Wulan? Wulan adalah ketua geng yang ada di sekolah Hilda, dia adalah dalang dari semua kasus pembullyan Hilda, ketika kedua orang tua Hilda tahu bahwa salah satu karyawan mereka adalah ayahnya Wulan mereka pun lantas langsung memecat karyawan tersebut serta menjelaskan semua yang terjadi kepada anaknya dan ia pun meminta agar ayahnya Wulan mengajari Wulan cara mejadi anak yang baik.
Terkadang seseorang bisa berubah menjadi kasar dan kejam bukanlah karena kemauan mereka secara spontan tapi juga ada fakto lain yang membuat mereka seperti itu, ada faktor trauma yang mereka dapatkan sehingga mereka merubah diri mereka. Disini tidak semua orang seperti ada hanya beberapa saja, dan hal ini juga terjadi kepada kedua orang tua Hilda.
“ma, Hilda sudah besar kok, Hilda bisa melakukan semuanya sendiri kok, mama dan papa tidak perlu lagi menugaskan orang untuk menjaga Hilda, situasinya sudah membaik kok ma” ucap Hilda yang berusaha meyakinkan kedua orang tuanya tapi sayangnya kedua orang tua Hilda tetap kekeh dengan keputusan yang sudah mereka ambil, mereka bukan tak menyayangi putri mereka tapi hanya itu yang bisa mereka lakukan untuk menjaga putri mereka agar selalu terlindungi.
“papa dan mama udah ga mau lagi melihat kamu di bully nak, sudah gapapa untuk sementara kamu di jaga sama pak Tono dulu, ga lama kok Cuma 2 tahu aja” ucap papa Hilda kepada Hilda,
“dua tahun itu waktu yang panjang pa buat Hilda” tutur Hilda kepada papanya. Hilda tidak bermaksud untuk melawan kedua orang tuanya namun ia merasa jika tindakan kedua orang tuanya ini sangatlah berlebihan karena sebenarnya Hilda sendiri bisa menjaga dirinya.
Trauma yang sangat besar, bukan hanya di rasakan oleh Hilda tapi juga kedua orang tua Hilda, kini mereka menjadi sangat posesif kepada Hilda, mendapatkan perlakuan tersebut Hilda pun semakin hari semakin merasa tidak betah di rumah, selain itu Hilda pun tidak betah untuk pergi ke sekolah dan melakukan semua kegiatannya, karena Hilda tidak pernah merasakan tenang, dirinya selalu di hantui rasa tertekan,
“sampai kapan si aku bisa bebas” ucap Hilda setiap hari. Hilda tidak memiliki teman di sekolahnya, bukan itu masalahnya. Tapi masalahnya adalah ia selalu kesepian dan ketika ia ingin menangis ia tidak bisa sebebas dulu, kini ada pak Tono yang selalu bersama nya,
“pak, bisa engga sehari aja, biarin Hilda sendirian, Hilda capek pak, Hilda pengen jadi diri Hilda sendiri” Hilda memohon kepada pak Tono, karena ia benar-benar merasakan tidak kuat lagi dalam menghadapi situasi seperti ini,
“maaf dek, tidak bisa, ini sudah perintah, kalau bapak tidak menjalankan perintah bapak dengan bailk terus kemudian adek kenapa-napa pasti bapak yang di salahkan, atau bapak di pecat” ucap pak Tono kepada Hilda, sebenarnya pak Tono juga merasa kasihan kepada Hilda namun dirinya tidak punya piluhan lain karena pak Tono sendiri sangat membutuhkan pekerjaan ini, dan ia tidak ingin di pecat.
Hari demi hari terus berlalu, banyak hal yang mengubah Hilda, kini Hilda menjadi anak yang sering murung, ia hampir tidak pernah bahagia lagi, di sekolah pun dia sellau melamun, tapi tak ada yang berani menegur dirinya, semuanya takut kepada Hilda karena ada pak Tono yang selalu siaga kepadanya, selain itu para guru Hilda pun tidak berani menegur Hilda sewaktu Hilda mendapatkan nilai kecil karena mereka takut jika harus berurusan dengan orang tua Hilda.
Hilda yang tidak memiliki pilihan lain dan ia tidak tahu kepada siapa ia harus bercerita, akhirnya Hilda memutuskan untuk menceritakan semua keluh kesahnya di sebuah buku, isi nya adalah :
Dear papa mama, terima kasih sudah mau merawat Hilda, terima kasih juga sudah sangat menyayangi Hilda, sudah merawat Hilda, sudah menyekolahkan Hilda, Hilda tau bahwa kalian benar benar menyayangi Hilda, tapi pernah ga kalian sendiri bertanya kepada Hilda, apa yang membuat Hilda bahagia? Pernah ga kalian bertanya, bagaimana kabarmu hari ini nak? Kamu mau apa nak? Kamu disekolah tadi gimana?, barangkali semua pertanyaan itu kalian tuangkan kepada pak Tono yang sudah menjelama menjadi Hilda. Hilda sebenarnya tidak pernah merasa sedih ketika Hilda di bully atau ketika Hilda tidak memiliki teman, justru Hilda masih tetap memiliki alasan untuk bersyukur karena Hilda di karuniai kedua orang tua yang selalu mendukung Hilda, hal itu sudah cukup bagi Hilda.
Hilda minta maaf jika selama ini Hilda tidak bisa menjadi orang yang baik, atau selama ini Hilda selalu menyusahkan papa mama, atau selalu membuat papa maam khawatir, tapi sejujurnya Hilda sendiri sudah lama merasakan depresi, Hilda tertekan dengan apa yang sudah papa mama lakukan kepada Hilda, tapi satu hal yang pasti adalah tentunya mama dan papa melakukan hal yang terbaik untuk Hilda, karena Hilda adalah anak kalian satu satunya.
Tapi, yang Hilda butuhkan adalah dekapan hangat dari papa mama setiap hari, bukan malah sibuk bekerja, banyak hal yang ingin Hilda ceritakan kepada kalian, tentang hobi Hilda, hari hari Hilda dan apa yang menjadi cita-cita Hilda, mungkin semuanya hanyalah mimpi Hilda yang tidak akan pernah terwujud sampai kapanpun, karena Hilda selalu menghargai mama dan papa oleh sebab itu Hilda akan menuruti semua kemauan mama dan papa tanpa pernah menuntut kebebasan sekali pun.
Tapi, disisi lain Hilda pun ingin menjadi anak anak normal seperti yang lainnya, Hilda ingin menjadi anak yang seutuhnya, hidup dengan apa adanya, menikmati masa kecilnya, bermain dengan bebas, berkreasi dengan bebas dan mencari hal-hal baru yang akan menjadi pengalaman di kemudian hari.
Tapi mungkin nasib Hilda memang seperti ini, Hilda sudah menerima semuanya dengan ikhlas, oh iya nanti ketika mama papa baca surat ini, mama papa jangan nangis ya, jangan pernah sedih, kan Hilda selalu menjadi anak kalian selamanya. Hilda selalu menyayangi kalian dimanapun Hilda berada, dan Hilda pun berharap mama dan papa akan menyayangi Hilda untuk selamanya.
Hilda pamit ya ma, pa
I love u
Tulis Hilda pada secarik kertas, kemudian Hilda pun memutuskan untuk menggoreskan lengannya dengan sebuah pisau yang sudah ia sediakan di kamarnya. Akhirnya lengan Hilda pun berlumuran darah, dan Hilda pun tidak sadarkan diri lagi.
Sementara kedua orang tua Hilda nampak sibuk mengobrol di kamar mereka, mereka sama sekali tidak mengetahui apa yang sudah di lakukan anaknya itu, dan mereka juga tidak menyangka bahwa putri mereka akan melakukan hal yang nekat. Keesokan harinya, kedua orang tua Hilda merasa jika ada yang aneh, sebab putri mereka tak kunjung turun untuk sarapan bahkan sedari semalam putri mereka tidak kelihatan batang hidungnya, akhirnya kedua orang tua Hilda memutuskan untuk menghampirinya ke kamar Hilda. Daaaammm betapa kagetnya mereka melihat putri mereka yang sudah terkapar dengan berlumuran darah, papa Hilda pun langsung mengambil tindakan, ia menggotong Hilda dan membawanya kerumah sakit, ia sangat berharap bahwa nyawa putrinya itu masih bisa tertolong sedangkan mama Hilda hanya bisa menangis di sepanjang perjalanan, ia tidak tahu dan tidak menyangka jika putrinya akan melakukan hal seperti ini.
Sesampainya di rumah sakit, Hilda pun langsung di bawakan keruangan ICU, para dokter segera melakukan tindakan, sementara kedua orang tua Hilda merasakan sangat tegang,
“pa, Hilda tidak akan kenapa-kenapa kan” ucap mama Hilda dengan nada gemetar,
“harusnya Hilda masih bisa di selamatkan ma” ucap papa Hilda yang berusaha untuk menenangkan istrinya, padahal ia sendiri juga sedang merasakan panik dan takut, semuanya bercampur aduk. Setelah beberapa jam kemudian, dokter yang menangi Hilda pun keluar, kedua orang tua Hilda menghampiri dokter itu dengan banyak pertanyaan dan dokter tersebut hanya bisa berkata,
“putri bapak dan ibu, kehabisan banyak darah, sehingga kami membutuhkan banyak kantong darah, dan kini kondisinya sedang kritis, kita hanya bisa berdoa ya pak bu” ucap dokter tersebut kepada kedua orang tua Hilda,
“tapi putri saya masih bisa di selamatkan kan dok” tanya mama Hilda dengan nada penuh harap,
“iya bu, harusnya bisa karena nadi anak ibu dan bapak masih berdenyut” ucap dokter membuat orang tua Hilda optimis bahwa anak mereka masih bisa sembuh.
Kecelakaan yang terjadi kepada Hilda membuat keluarga besar Hilda mendapatkan kabar tentang Hilda, merekapun langsung menjenguk Hilda, para nenek dan kakek Hilda bertanya-tanya apa yang sebenarnya sudah terjadi, karena selama ini keluarga Hilda tidak pernah menceritakan apapun. Kemudian ayah Hilda pun menceritakan semua kasus yang terjadi kepada mereka, ayah Hilda menceritakan semuanya secara detail dan ia meminta maaf kepada kedua orang tuanya bahwa ia gagal dalam menjaga Hilda, kemudian kakek Hilda pun memberikan nasehat kepada anak dan menantunya itu,
“se kaya apapun kalian, jangan pernah mendidik anak dengan semena-mena, kalian harus selalu menemaninya, kalian tidak pernah tahu apa yang sudah di lewati Hilda dalam menjalani hidupnya, mungkin ia tidak pernah mengeluh kepada kalian tapi bukankah jika kalian adalah orang tua yang baik dan bijak kalian akan memahami hilda?, Hilda adalah anak kecil, dia juga korban, banyak hal yang menyakitkan untuk dirinya sampai-sampai ia bertekad untuk bunuh diri. Lain kali, setelah ini kalian harus menjadi orang tua yang bijak, jangan sesekali mengambil keputusan berdasarkan ego kalian, semuanya harus kalian diskusikan terlebih dahulu kepada Hilda, karena bagaimanapun ia juga memiliki perasaan, ia hanyalah anak-anak yang tidak paham apa apa, dan disini beruntungnya dia menjadi anak yang bijak, yang menuruti semua kehendak kalian, kalau dia menjadi anak yang nakal akan ada jutaan alasan membuatnya melakukan perilaku menyimpang” ucap kakek Hilda yang mencoba untuk menasehati kedua orang tua Hilda, kedua orang tua Hilda pun langsung terdiam. Kali ini mereka benar-benar merasakan bersalah karena mereka tidak pernah mau mendengarkan putri mereka, mereka terlalu egois, melakukan semuanya atas kehendak mereka bukan mendiskusikan semuanya kepada Hilda.
Waktu terus berlalu, Hilda kini sudah siuman, kondisinya sudah semakin membaik, meskipun begitu ia belum di ijinkan untuk pulang, karena kondisinya belum stabil, kedua orang tua Hilda yang melihat kesembuhan anaknya itupun merasa sangat senang, mereka merasa sangat bahagia, karena tuhan masih mau mendengarkan doa mereka.
“nak, kamu mau makan apa?” tanya papa Hilda kepada Hilda disaat Hilda terbangun dari komanya, “pak, mohon untuk biarkan dia tenang dulu, nanti kalau sudah sadar sepenuhnya baru ajak dia berbicara” ucap dokter yang berusaha menasehati papa Hilda,
“baik dok, terima kasih banyak ya” ucap papa Hilda dengan nada bahagia. Orang tua mana yang tidak bahagia jika nyawa anaknya terselamatkan.
“pa, ma, aku dimana?” tanya Hilda dengan nada lemas, ia masih setengah sadar jadi ia tidak mengingat dengan jelas apa yang sudah terjadi padanya,
“kamu dirumah sakit nak, jangan banyak gerak dulu” ucap papa Hilda kepada Hilda, mama Hilda yang melihat putrinya sudah sadar itupun merasa sanagt senang saking senangnya mama Hilda pun langsung menitihkan air matanya.
“terima kasih tuhan” ucap mama Hilda di dalam hatinya. Kedua orang tua Hilda tidak henti-henti nya bersyukur kepada tuhan, karena kondisi anaknya sudah pulih. Terbukti bahwa sebenarnya kedua orang tua Hilda adalah umat yang taat kepada tuhannya, mereka melakukan hal-hal yang menyimpang adalah hanya karena mereka mengikuti emosi mereka dan mereka tidak ingin jika anak mereka tersakiti.
Semenjak kejadian itu, kedua orang tua Hilda berubah, mereka kini tidak pernah mengekang Hilda lagi, mereka selalu mendiskusikan semuanya kepada Hilda, dan tentu saja kini Hilda merasa sangat senang dengan perlakuan kedua orang tuanya itu. Barangkali dengan kejadian itu kedua orang Hilda dapat belajar untuk menurunkan ego mereka,
“papa sama mama minta maaf ya nak, karena kami selama ini selalu mengekangmu, kami membuat kamu tidak bebas dan kami membuat kamu merasa sangat tertekan, namun semua yang kami lakukan adalah demi kamu nak, kami selalu berusaha melakukan hal yang terbaik untuk mu agar kamu tidak merasakan kesedihan, namun tindakan kami malah sebaliknya, kami membuatmu merasakan sedih dan tertekan, kami tidak pernah bermaksud seperti itu. ternyata yang terbaik untuk kami belum tentu terbaik juga untukmu, kami selalu menyayangi kami” ucap papa Hilda kepada Hilda semabri memeluk Hilda,
“iya pa, Hilda juga minta maaf ya jika selama ini Hilda selalu menyusahkan kalian, harusnya waktu itu Hilda tidak melakukan tindakan konyol” ucap Hilda yang juga meminta maaf kepada kedua orang tuanya karena apapun alasannya tindakan Hilda pada waktu itu salah.
***
Keluarga Hilda kini sudah menjadi harmonis kembali, satu hal yang bisa Hilda pelajari adalah, di setiap kesulitan pasti ada kebahagiaan yang tuhan sembunyikan dan di setiap kepedihan tentu saja akan ada kesenangan, mungkin jika dulu Hilda tidak mencoba untuk bunuh diri, kedua orang tua Hilda tidak akan menjadi sebaik sekarang, dunia memang tempat yang penuh dengan pelajaran dan proses.
Hilda datang ke sekolah, tidak seperti sebelum-sebelumnya yang di mana Hilda selalu di temani oleh pak Tono, kini Hilda datang ke sekolah sendirian, akhirnya ia sudah merasakan bebas, kali ini ia tidak peduli lagi jika ada teman-temannya yang mencoba untuk membully nya, Hilda sudah tidak heran lagi. Namun kali ini ada yang berbeda, semua teman-teman Hilda nampak diam dan tidak ada yang berani menganggu Hilda, barangkali mereka masih takut dengan pak Tono serta keluarga Hilda, namun Hilda tidak memusingkan hal tersebut. Tujuan Hilda ke sekolah adalah untuk belajar, bukan untuk mencari teman atau hal hal lainnya.
“Hilda, tumben hari ini sendirian, mana asistenmu?” tanya Guru Hilda kepada Hilda, entah ia benar-benar bertanya kepada Hilda atau bermaksud untuk menyindir Hilda, Hilda tidak peduli, Hilda pun menjawab,
“pak Tono sekarang udah jadi sopir papa, mulai sekarang aku ke sekolah sendiri, tapi kini kalau ada apa-apa aku akan menceritakan semuanya kepada kedua orang tuaku, termasuk kasus pembullyan, dan tentu saja jika orang tuaku kejam maka ia akan melakukan hal hal yang menakutkan” ucap Hilda dengan nada tegas, Kini Hilda sudah berani melawan bahkan dengan guru pun ia sudah berani menjawab dengan sangat tegas, berbeda dengan dirinya yang dulu yang selalu diam.
“aduuhh jadi takut nih gangguin anak juragan” Sindir guru Hilda, namun Hilda tidak menjawabnya kembali karena ia tidak ingin berbedat dengan gurunya itu.
“Gimana nak sekolahmu hari ini?, masih ada yang berani ngebully kamu?” tanya mama Hilda kepada Hilda, “sudah engga si ma, semuanya sudah diem ke Hilda, tapi guru Hilda mulai menyindir-nyindir Hilda ma” adu Hilda kepada mamaya, tak seperti dulu yang selalu menutupi semua masalahnya, kini Hilda sudah menjadi sedikit terbuka kepada kedua orang tuanya, hal ini juga sedikit membantu kedua orang tua Hilda untuk mengambil keputusan dengan bijak.
“yasudah, kalau dia melakukan yang aneh-aneh kamu lapor saja ke mama atau ke papa, biar hal itu mejadi urusan kita” ucap mama Hilda sembari mengusap dengan lembut kepala putrinya itu. “
Semua hal yang terjadi di dunia ini memang di luar kendali seorang manusia, termasuk Hilda, Hilda tidak bisa membuat dunianya lebih indah namun ia masih bisa memilih untuk menjadi sedikit lebih tenang, masalah memang tak pernah berakhir tapi bukan berarti hidup kita akan langsung berakhir ketika kita memiliki masalah. Kini Hilda tidak mendapatkan pembullyan dari teman teman kelasnya dan kedua orang tuanya sudah menjadi lebih bijak setiap mengambil tindakan. Namun kini masalah Hilda menjadi lebih berat karena kali ini ia mendapatkan pembullyan langsung dari gurunya, yah ada beberapa guru Hilda yang tidak menyukai Hilda karena kasus Hilda dulu.
Hampir setiap hari Hilda di sindir-sindir oleh gurunya itu, tak jarang guru Hilda pun mencoba untuk mencari masalah dengan Hilda, namun Hilda selalu mengambil tindakan yang tidak memusingkan dirinya, Hilda selalu cuek dengan semua cemoohan gurunya, Hinda lebih memilih untuk belajar atau sekedar membaca buku, semua tindakan yang di lakukan oleh guru
Hilda memang sudah di luar batas. Mereka sebagai seorang guru malah melakukan hal yang tecela membuat mereka tidak pantas di sebut sebagai guru.