Bullying Chapter 2
Cerpen Bullying Chapter 2
Semuanya selalu berjalan dengan baik-baik saja, kelihatannya seperti itu namun pada faktanya Hilda menyimpan banyak luka yang membuat ia trauma, dari Hilda kita bisa belajar bahwa sebenarnya orang yang selalu kelihatan baik baik saja, tidak selamanya mereka baik-baik saja, justru terkadang orang yang kelihatannya ceria adalah orang yang menyimpan banyak luka.
Hilda adalah salah satu contoh bahwa tidak semua kasus pembullyan itu
jatuh kepada orang yang kurang beruntung dalam perekonomiannya, dan tidak semua
anak yang mendapatkan perhatian penuh dari kedua orangnya merupakan anak yang
bebas dari kasus pembullyan, bebas dari kekerasan dan bebas dari rasa tertekan,
justru Hilda kini merasa sangat tertekan dengan hal-hal yang selalu ia alami.
Hilda adalah orang yang beruntung karena ia memiliki keluarga yang mensupport
dan mengerti dirinya, namun di sisi lain Hilda kurang beruntung dalam dunia
persahabatan, karena ia sendiri tidak pernah mendapatkan sahabat. Namun bagi
Hilda semua masalahnya akan selesai, meskipun ia tidak tahu sampai kapan ia
harus bertahan dalam keadaan seperti ini.
***
Ke esokan harinya, mama Hilda mengantarkan Hilda ke sekolah, seperti biasa ketika mengantarkan Hilda ke sekolah mama Hilda pulang, namun kali ini mama Hilda tidak benar-benar pulang, ia hanya berpura-pura di depan Hilda bahwa ia akan pulang, yang sebenarnya ia lakukan adalah ia mengawasi Hilda dari kejauhan. Di samping sekolah mama Hilda memantau Hilda, ia penasaran apa saja yang di lakukan anaknya ketika di sekolah. Sejam dua jam semuanya masih terlihat normal, sampai ada satu kejadian yang membuat mama Hilda terkejut. Ya pada saat itu mereka sedang istirahat, teman-teman Hilda mengerumuni Hilda seperti ada sesuatu yang mereka lakukan yang menekankan Hilda namun mama Hilda tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena mama Hilda hanya memantau mereka dari kejauhan. Akhirnya setelah berpikir mama Hilda pun memutuskan untuk menghampiri Hilda, dan betapa kagetnya mama Hilda, ia mendapati anaknya sedang di bully oleh teman-teman Hilda dengan kalimat yang sangat kasar. Mendengar anaknya di bully, jelas membuat mama Hilda marah besar, ia merasa tidak terima jika anaknya di bully, akhirnya mama Hilda memarahi semua teman-teman Hilda dan teman-teman Hilda pun langsung menciut seketika, nampak mereka terdiam dan ketakutan. Tak sampai disitu mama Hilda pun memanggil guru-guru Hilda beserta kepala sekolahnya, ia juga turut memarahi guru guru Hilda karena mereka sudah membiarkan kasus pembullyan ini terjadi pada Hilda, jelas mama Hilda merasa kecewa dengan sistem sekolah serta dengan guru-guru Hilda mereka bukannya memarahi murid-murid yang sudah melakukan tindakan pembullyan mereka hanya berkata, “sudah bu, maafkan saja, namanya anak anak harap di maklumi, mereka belum bisa berpikiran dengan dewasa, justru Hilda yang harus bisa beradaptasi dengan teman-temannya karena selama ini Hilda di kenal sebagai murid pendiam oleh guru-gurunya” mama Hilda yang mendengar jawaban dari guru-guru Hilda lantas ia pun langsung naik pitam, ia merasa tidak terima dengan pernyataan guru-guru Hilda, “kalau kasus pembullyan seperti ini di maklumi terus menerus maka kasus pembullyan ini akan selalu ada di setiap generasi dan ini akan membentuk sikap anak anak yang menjadi semena-mena” ucap mama Hilda kepada semua guru Hilda.
Mendengar ocehan mama Hilda yang tak kunjung usai membuat guru-guru Hilda pun terdiam, sedangkan Hilda ia hanya diam, Hilda bingung apa yang harus ia lakukan sebab mamanya jika sudah marah memang seperti itu.
“jika kasus pembullyan ini masih menyerang anak saya, maaf saya tidak bisa berdiam diri, saya akan melaporkan kasus ini kepada dinas pendidikan dan saya akan melaporkan kasus ini kepada pihak yang berwajib, selamat siang” ucap mama Hilda sembari membawa anaknya kembali.
Hilda kini tak berada di sekolah, ia sedang di rumah, ia mendengarkan ceramahan mamanya,
“kamu kenapa si nak diem aja di bully, lawan dong, jangan jadi lemah, jika kamu terus-terusan lemah di depan mereka, mereka akan terus-terusan semena-mena sama kamu, mereka ga akan pernah berubah nak” ucap Mama Hilda menasehati anaknya, sementara Hilda yang mendengarkan ocehan mamanya sedari tadi itu pun hanya bisa berkata, “Hilda takut ma” ucap Hilda singkat namun penuh dengan keraguan,
“takut kenapa? Apa yang kamu takutkan nak? Apa mama papa pernah marah ke kamu?” jawab mama Hilda kepada Hilda, dan lagi lagi Hilda hanya bisa terdiam mendengarkan mamanya itu.
Sedangkan papa Hilda yang baru saja pulang kerumah, tentu ia tidak tahu menahu kasus yang sedang terjadi pada anaknya,
“ma kenapa kok wajahnya bete banget” tanya papa Hilda kepada istrinya, karena tidak biasanya istrinya itu berwajah kusut,
“papa ganti baju dulu, makan mandi, kalau sudah santai baru mama jelasin semuanya yang terjadi” ucap mama Hilda dengan nada tegas tidak seperti biasanya yang ketika suaminya pulang ia selalu manja terlebih dahulu kepada suaminya itu.
“Hilda mana ma?” tanya papa Hilda karena
sedari tadi ia tidak melihat Hilda sama sekali, “tidur dia, capek kayaknya”
ucap mama Hilda kepada suaminya.
Papa Hilda pun mandi dan berberes dirinya, ia merasa penasaran dengan apa yang ingin di sampaikan istrinya itu, oleh sebab itu ia melakukan semua rutinitasnya dengan sangat terburu-buru.
“oh iya tadi mama bilang mau bicara sesuatu? Apa yang mau mama bicarakan?” tanya papa Hilda dengan nada penasaran kepada istrinya itu, disitulah istrinya menjelaskan semuanya tentang Hilda secara rinci kepada suaminya,
“papa tahu ga, selama ini benar dugaan mamam bahwa memang ada sesuatu yang ditutupi Hilda kepada kita, tadi mama ke sekolah terus mama ga sengaja melihat Hilda di bully, ternyata selama di sekolah Hilda selalu di bully dan ia tidak memiliki teman sama sekali pa, dan bukan hanya itu guru guru mereka juga tidak mau mengambil keputusan yang tegas, bagaimana kalau kejadian seperti itu di biarkan, bisa hancur Hilda” ucap mama Hilda kepada suaminya, membuat suaminya setengah percaya,
“masa si selama ini Hilda di bully, bukannya ketika dia dirumah dia selalu kelihatan baik-baik saja?” ucap papa Hilda yang seakan ragu dengan pernyataan dari istrinya itu,
“itu kan kelihatannya, tapi faktanya? Mama sudah melihat semuanya
dengan mata kepala mama sendiri jadi tidak ada kesalah pahaman, semuanya memang
fakta adanya, mama sudah bicara dengan kepala sekolah Hilda, tapi sepertinya
mereka tidak ingin pusing, mereka justru terkesan menyepelekan kasus ini” ucap
mama Hilda yang mulai geram dengan kejadian yang ia dapatkan di pagi tadi,
mendengar penjelasan istrinya itu papa Hilda pun turut merasakan geram dengan
apa yang sudah terjadi pada Hilda.
“Jadi apa yang harus kita lakukan ma” tanya papa Hilda meminta solusi dari istrinya karena ia juga tidak tega melihat anaknya terus-terusan di Bully,
“apa pindah sekolah aja ya pa” tanya mama Hilda kepada suaminya,
“tapi kalau pindah Hilda harus memulai semuanya dari awal lagi loh, takutnya di sekolah yang baru Hilda malah semakin mendapatkan perlakuan buruk, karena kita tidak tahu bagaimana suasana di sekolahnya” ucap papa hilda yang merasa kurang setuju jika Hilda harus pindah sekolah,
“lalu?” tanya mama Hilda yang sepertinya ia sudah tidak bisa berpikir lagi,
“mau ga mau Hilda harus tetap sekolah disana ma, dengan cacatan dia tidak boleh di bully lagi” ucap papa Hilda,
“tapi bagaimana cara kita mencegah kasus tersebut pa? Hilda sendiri tidak mau jujur kepada kita, dia bahkan tidak menceritakan apapun yang sudah terjadi pada dirinya, malahan yang lebih parahnya lagi ia justru berpura-pura selalu baik-baik saja” ucap mama Hilda,
“kali ini biarkan papa yang turun tangan” ucap papa Hilda kepada Istrinya.
Hari terus berlanjut, begitupun dengan kehidupan Hilda, kini semenjak kedua orang tua Hilda mengetahui bahwa anaknya itu selalu mendapatkan pembullyan dari teman-temannya mereka pun memutuskan untuk mengirimkan seseorang yang akan terus mengawasi Hilda di sekolah agar Hilda tidak di bully lagi, sebab kedua orang tua Hilda sibuk bekerja dan mereka tidak memiliki waktu yang cukup banyak untuk mengawasi anaknya. Hilda kini bebas dari pembullyan karena jika ada temannya yang mencoba untuk membully Hilda, maka orang suruhan kedua orang tuanya tidak segan segan untuk memarahi mereka bahkan memukul mereka, semua itu atas perintah kedua orang tuanya. Semenjak hari itu, semua orang di sekolah merasa takut dan tunduk kepada Hilda, sedangkan Hilda kini bisa menjalani kehidupan dengan normal dan bebas dari pembullyan namun kini Hilda tidak bisa bebas, kemanapun ia melangkah pasti ia di awasi, hal itu pun sebenarnya membuat Hilda merasa tetekan.