Cara Membangun Kepribadian Anak

Membangun Kepribadian Anak

1. Membangun kepribadian anak dengan cinta dan kasih-sayang

Dengan dilandasi cinta dan kasing sayang, orang-tua bisa terima anak apa yang ada, terima semua kekurangan anak dan kelebihan. Orang-tua tidak menuntut anaknya untuk sama dengan anak lainnya. Karena tiap pribadi ialah unik, berlainan di antara yang satu sama yang lain. Kita bisa berusaha membuat kepribadian anak kita, tapi tidak untuk menyamai watak mereka. Sama seperti yang kita kenali, teman dekat Umar ra, Abu Bakar ra dan lain-lain, mereka tidak mempunyai watak yang serupa walau masing-masing mereka sebagai pribadi-pribadi yang islami. Kekhasan mereka malah menjadian mereka seperti bintang-bintang yang berkilauan di langit, jelasnya bintang yang satu tidak memudarkan jelasnya bintang yang lain. Begitupun hal dengan kreativitas, tiap teman dekat ialah individu kreatif. Masing-masing mereka mempunyai dimensi kreativitas sendiri-sindiri. Salman Al-Farisi pencetus perang parit, Umar bin Khattab pencetus keteraturan jalan raya, Abu Bakar Ash-Shiddiq pencetus tegaknya system ekonomi islam, Khalid bin Walid pencetus taktik perang kekinian dan ada banyak lagi.

Saat ini sebagai dasar masalah ialah, kita beberapa orang-tua kurang sungguh-sungguh untuk mendapati talenta-bakat dan minat-minat yang dipunyai oleh anak. Seakan-akan kita beberapa orang-tua lebih sukai anak kita jadi foto copy seseorang, daripada ia tumbuh sebagai satu individu yang utuh.

2. Tumbuhkan dan Meningkatkan Motivasi

Kepribadian yang kuat umumnya mempunyai motivasi yang kuat pula. Tetapi karena kreativitas itu diawali dari satu ide yang interaktif, karena itu dorongan di luar dibutuhkan untuk munculkan satu ide. Dalam masalah ini orang-tua perlu berperanan secara intensif. Dengan komunikasi dialogis dan kekuatan dengar aktif karena itu anak akan berasa dipercayai, dipandang, jadi perhatian, dicintai, didengar, dipahami, disokong, diikutsertakan dan diterima semua keunggulannya dan kekurangan. Anak akan mempunyai dorongan yang kuat untuk secara berani dan lancar menyampaikan ide-gagasannya. Hal yang lain tidak kalah memberikan dukungan ialah memberi perhatian yang serius ke aktivitas yang sedang dilaksanakan oleh anak kita. Pada saat tertentu orangtua perlu lakukan aktivitas bersama mereka. Bila kita dapat lakukan shaum dan shalat bersama anak-anak kita, kenapa untuk aktivitas lainnya kita tidak bisa melakukan ?

3. Memberikan fasilitas Proses Pembangunan Anak Inovatif

Beberapa hal yang penting jadi perhatian oleh orangtua dalam pembangunan anak inovatif ialah :

Penyiapan waktu, tempat, dan bahan yang memadai.

Berkenaan waktu bisa sekitar di antara 5- 30 menit tiap hari, benar-benar bergantung pada wujud kreativitas apa yang akan dikembangkan. Begitupun hal dengan tempat, ada yang membutuhkan lokasi yang khusus dan ada juga yang bisa dilaksanakan di mana saja. Bahan juga tidak selalu harus baru, seringkali malah memakai beberapa bahan sisa atau tersisa.

Ke-2 : Atur selang seling aktivitas. Aktivitas ditata sebegitu rupa supaya saat lakukan aktivitas itu anak-anak kadang beraktivitas secara individu, tapi kadang-kadang lakukan aktivitas secara kelompok. Kadang anak-anak beraktivitas secara bersaing, kadang secara kooperatif.

Sediakan satu pojok khusus untuk anak saat lakukan aktivitas

Kita bisa sediakan satu pojok di dalam rumah untuk membentangkan sajadah dan shalat bersama. Kenapa kita tidak bisa sediakan pojok khusus untuk kreativitas anak-anak kita ?

Memiara cuaca kreativitas supaya masih tetap terawat

Triknya yakni dengan memaksimalkan beberapa poin yang sudah disebut awalnya untuk menjaga kreativitas anak.

4. Menilai Hasil Kreasi

Sejauh ini kita kerap terjerat untuk memandang kreativitas lewat hasil atau produk kreativitas anak kita. Walau sebenarnya sebenarnya proses itu lebih bernilai daripada hasilnya. Keutamaan penilaian kita pada proses kreativitas, tidak berarti kita jangan memandang hasil kreativitas itu sendiri. Penilaian masih tetap dilaksanakan, namun ada satu perihal yang perlu kita lihat dalam menilai. Sebaiknya kita memandang hasil kreativitas itu dengan memakai sudut pandang anak dan bukan memakai sudut pandang kita jadi orang tua. Jika kita merasakan seorang anak berumur tiga tahun dan ia bisa mengatakan angka dari 1 sampai 10 apa kita akan menjelaskan, "Ah, jika hanya semacam itu sich saya dapat !" Perlu selalu kita ingat, satu perihal yang jangan dilalaikan dalam menilai proses dan hasil kreativitas ialah "Open Mind" atau mungkin dengan "pemikiran yang terbuka ".Apa lagi anak sering menyampaikan idenya atau menghasilkan satu hasil kreativitas yang tidak wajar. Setiap kita menilai hasil itu, kita selalu harus memberi pengokohan dan support. Dan begitupun kebalikannya, hindari kecaman dan hukuman supaya anak kita masih tetap kreatif.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url