Apakah MOS Perlu Ditiadakan?
kompaskita, Dunia pendidikan di Indonesia kini telah memasuki th. ajaran baru 2009/2010. Hampir sanggup dipastikan tiap-tiap sekolah di Indonesia kini ulang kehadiran sebagian murid baru yang siap untuk mengecap pendidikan di instansi masing-masing.
Namun, permintaan untuk mengecap pendidikan ini terkadang mesti dihantui oleh sebuah acara yang nyaris selamanya dipandang sebagai sebuah stigma oleh sebagian besar pelajar baru. Hal ini berjalan terlebih di kalangan sekolah menengah –baik pertama maupun atas- dengan acara yang bernama Masa Orientasi Siswa atau yang sering lebih dikenal dengan nama MOS.
Akhir-akhir ini, ada terhitung sebagian sekolah yang mulai melupakan kegiatan MOS dengan beraneka alasan. Entah itu cemas adanya intervensi berasal dari pihak orang tua siswa atau cemas berjalan kekerasan yang tidak diinginkan. Pertanyaan yang nampak kemudian adalah: mengapa acara ini mesti jadi sebuah stigma di kalangan para pelajar baru dan apakah sebenarnya diperlukan penghapusan untuk acara semacam ini?
Masa Untuk Mengetahui Sikap di Sekolah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata orientasi mempunyai dua makna. Makna pertama adalah peninjauan untuk memilih sikap (arah, tempat, dsb) yg tepat dan benar dan arti yang ke dua adalah pandangan yg mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan.
Dari dua arti di atas, nampaknya yang paling cocok untuk disandingkan dengan kata orientasi terhadap MOS adalah arti yang pertama. Dengan adanya arti kata orientasi yang benar ini, maka arti yang seyogyanya dicapai terhadap kala acara MOS pun adalah terhitung arti yang sesuai.
Jika merujuk terhadap arti orientasi yang pertama, maka MOS sanggup disimpulkan sebagai sebuah masa bagi para pelajar baru untuk melakukan peninjauan dalam memilih sikap yang tepat dan benar. Sikap yang tepat dan benar ini pasti saja terhitung mesti diperlihatkan oleh para senior mereka, yang notabene nya telah lebh memiliki pengalaman daripada para pelajar yang baru memasuki lingkungan sekolah yang baru.
Namun, seringkali acara MOS ini di letakkan tidak cocok dengan sebagaimana mestinya. Penunjukkan sikap yang tepat dan benar terkadang benar-benar jarang diperlihatkan oleh para senior mereka. Yang sering berjalan adalah acara ini diselenggarakan untuk perlihatkan adanya jurang pemisah pada senior dan junior, dimana yang satu menindas dan yang satunya ulang ditindas.
Jika realita yang berjalan adalah demikian, maka tidak salah kalau kemudian acara ini jadi sebuah stigma oleh para pelajar baru. Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang menghendaki ditindas oleh orang lain, terhitung para pelajar baru.
Masa Untuk Mengenal
Tidak sanggup dipungkiri, perihal yang mencoreng nama pendidikan di Indonesia berasal dari kegiatan semacam ini sebenarnya sering terjadi. Kasus di STPDN, misalnya, perlihatkan bahwa terkadang sistem saling mengenal pada senior dan junior dinilai benar-benar berlebihan dengan harga sebuah nyawa.
Jika seluruh masa orientasi di sekolah berjalan dengan keadaan yang sarat dengan nuansa kekerasan, maka yang berjalan adalah sebuah sistem premanisme dan penanaman aksi balas dendam. Padahal, MOS sendiri sanggup di letakkan sebagai sebuah acara bagi para pelajar, baik dengan sesama angkatan maupun antarangkatan, untuk saling mengenal satu serupa lain dan terhitung mengenal lingkungan sekolah –bagi para pelajar baru- secara lebih baik.
Dari sistem pengenalan ini pun dikehendaki nantinya mereka sanggup saling melindungi keakraban dalam satu angkatan mereka, sanggup mengenal senior mereka lebih baik, serta mulai sanggup beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru. Tujuan-tujuan inilah yang seringkali dikesampingkan oleh para senior mereka dalam acara MOS dan tergantikan dengan obyek untuk melakukan aksi balas dendam yang mungkin disebabkan gara-gara adanya pengalaman tidak mengenakkan yang telah dialami oleh para senior kala mereka tetap jadi pelajar baru.
Oleh gara-gara itu, berasal dari uraian singkat di atas, penulis mulai bahwa sebenarnya acara MOS ini tidak mesti untuk ditakuti sejauh acara ini selamanya berdiri terhadap sebuah rancangan yang benar. MOS seyogyanya di letakkan sebagai sebuah acara untuk membimbing para pelajar baru dalam bersikap yang benar di sekolah mereka yang baru dan terhitung merupakan ajang bagi para pelajar baru untuk saling mengenal. Dengan begitu, MOS selamanya dapat jadi sebuah acara yang menarik dan tidak ulang menakutkan bagi para pelajar baru dan penghapusan acara MOS ini tidak mesti dilakukan.